Sabtu, 28 November 2009

HIGH SCHOOL, memory........*






SO YESTERDAY (HILARY DUFF)



You can change your life (If you wanna)
You can change your clothes (If you wanna)
If you change your mind
Well, that`s the way it goes

But I`m gonna keep your jeans
And your old black hat ('Cause I wanna)
They look good on me
Your never gonna get them back
At least not today, Not today, Not today,
Cause...

If it`s over let it go and,
Come tomorrow it will seem,
So Yesterday So Yesterday,
I`m just a bird that`s already flown away

Laugh it off
Let it go and
When you wake up it will seem
So yesterday
So yesterday
Haven't you heard that I'm gonna be okay, okay...

You can say you're bored (If you wanna)
You can act real tough (If you wanna)
You could say you're torn
But I've heard enough

Thank you
You've made my mind up for me
When you started to ignore me
Do you see a single tear
It isn't gonna happen here
At least not today, Not today
Not today, 'cause

If it's over let it go and
Come tomorrow it will seem
So yesterday
So yesterday
I'm just a bird
That's already flown away

Laugh it off
Let it go and
When you wake up it will seem
So yesterday
So yesterday
Haven't you heard that I'm gonna be okay

If you're over me, I'm already over you
If it's all been done, What is left to do
How can you hang up, If the line is dead
If you wanna walk, I'm a step ahead
If you're movin' on, I'm already gone
If the light is off, Then it isn't on..
At least not today, Not today
Not today, 'cause

If it's over let it go and
Come tomorrow it will seem So yesterday, So yesterday
I'm just a bird
That's already flown away

Laugh it off
Let it go and
When you wake up it will seem So yesterday, So yesterday
Haven't you heard you're so (yesterday)
So yesterday
If it's over let it go and
Come tomorrow it will seem So yesterday, So yesterday
I'm just a bird
That's already flown away
Laugh it off
Let it go and
When you wake up it will seem So yesterday, So yesterday
Haven't you heard THAT I'M GONNA BE OKAY....

*Kenangan bersama Lucky Andila Adam (teman bermusik/main gitar yang "agak" setia menerima lagu-lagu request-ku, hehe... (aku teringat saat kita tadabbur alam di lereng gunung. Trus, kita dendangin lagunya Avril Lavigne: I'm With You **aku jadi Avril-nya, dengan suara yang ngga bisa dibilang pas-pasan, hehe...**. Eh, jaga si kecil (Sandy) baik-baik yaa... dia mirip banget ma kamu. moga jadi anak yang shaleh dan taat ma orangtua... Oya, makasih udah ajarin main gitar.... Arigato!!

Minggu, 15 November 2009

LELAKI RINGKIH BERLANGKAH GONTAI






LELAKI RINGKIH BERLANGKAH GONTAI*
El Zukhrufy


Semi. Hujan itu. Rintik itu. Basah itu.
Seorang lelaki ringkih berlangkah gontai. Ia baru saja keluar dari tempat pemujaannya
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Lelaki itu : Aku ingin ikut!
Seseorang : tapi kau diperbolehkan untuk tidak turut serta di bukit itu…
Lelaki itu : Tapi aku TETAP ingin ikut!
Seseorang yang lain : ………. (diam)
Lelaki itu : Tolonglah! Aku tak selemah itu…
Seseorang : Baiklah…
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sejak saat itu aku mencintaimu. Melihatmu. Ketegaranmu.
Kau mengingatkan aku pada seseorang, mengantarkan memoriku di sebuah rumah kecil yang aku tinggalkan.
Ya. Aku mencintaimu, seperti aku mencintainya. Bagiku, ia adalah dirimu!
Tapi, dia tak sesempurna dirimu…
Hanya, setiap langkah gontaimu menyeret khayalku pada sebuah kursi roda, yang terseret-seret oleh waktu.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Di sela paksaan rintik hujan yang seseklai tergenang di atas naungan ki hujan, aku berdampingan denganmu.
Namun, kenyataan membuatku mengetahui bahwa kau harus pergi jauh dari jalanku.
Lihatlah air mataku! (dan ternyata, rintik itu berasal dari mataku…)
Perih!
Aku tak ingin kau pergi. Karena hal itu seolah menggambarkan kepergian seseorang di sebuah kursi roda itu.
Aku tak siap kehilanganmu, seperti aku tak siap kehilanngannya, meski itu tak kan pernah sama!
AH! Tiba-tiba aku benci kau!
Mengapa kau tak tahu, keterbatasan yang sempurna itulah yang membuatku bertahan mencintaimu???
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Seandainya seseorang berkursi roda itu bisa melangkah kembali, aku ingin berkata padamu, inilah alasanku mencintaimu…
Karena layaknya dia,,, //DIRIMU!!
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Aku tak pernah bisa mengerti apa maumu seperti ketidakmengertianku tentang titikdua atau garismiring yang ada di antara sajak-sajak para penggubah kata……..


>>Untuk saudaraku: seseorang berkursi roda di rumah mungilku
(Saat aku kembali, aku SANGAT ingin melihatmu melangkah kembali…)

Kamis, 12 November 2009

SAJAK "AKU INGIN PERGI"





One Last Breath*

Sepertinya aku baru saja menemukan sisi kemuakan yang semuak-muaknya dari jalan hidupku –jalan hidup yang kalian pilihkan untukku-
Aku muak dengan segala ‘kepalsuan” yang kalian tampakkan!
Munafik….!!!!
Jika kalian tak memberikan jawaban dari apa yang aku mau dan apa yang seharusnya, maka lepaskan aku!
Biarkan aku jauh. Biarkan aku pergi.
Biarkan aku kembali mengecap kotornya masa laluku.
Biarkan aku menikmati saat hatiku dilanda kekosongan iman. Karena itu lebih baik daripada bersama kalian.
Maka, tak usah menyahut panggilan suara serakku!
Enyahlah!
Karena sesungguhnya, aku tak mau lagi peduli…


*Judul sajak yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan judul lagu Creed







One Last Breath (2)

Jika aku hendak pergi dari jalan ini dan enyah dari kalian, apakah kalian akan menahanku sekuat tenaga?
Atau mungkin akan kalian tinggalkan dan cemoohkan aku seperti yang pernah kalian lakukan padanya?
Dan aku tak mampu berapologi…
Baiklah, kalian bisa tenang…
Aib busuk kalian tak akan aku gemborkan, itu bisa kuhapus dengan ketidakcukupan airmata
Saat aku pergi, aku akan damai bersama seseorang yang aku anggap saudaraku yang sangat aku sayangi
Aku akan terpuruk bersamanya,,,
Atau sunyi yang akan melelehkanku dari duniaku…

>>Sebuah Tempat Sumber Inspirasi Terbesar, 12 November 2009

Kamis, 22 Oktober 2009

LAKUKAN SAJA!




LAKUKAN SAJA!
El Zukhrufy*


Sudahlah,

Hapus saja nila-ungu itu, sebagian atau seluruhnya…

Ah, tapi jangan!

Nanti tak akan ada celah cinta Tuhanmu…
Menyentuh, meliuk-liuk
Menyahut, menyambut, menyambar sekecup angin
Dia tak perlu terbodohi lagi karena memang tak seperlu-perlunya begitu

Tahun lalu; tuberosa, eukaliptus atau seroja di-anaktiri-kan jari-jemarimu
padahal sebenarnya kau diharamkan melakukan itu!

Kau menyakitinya!
Dasar penyair bodoh!

Biar puisi ini saja yang melelehkan akal busukmu…

_Makassar, 13 Agustus 2009_

*Seseorang yang tak lebih dari penulis di kandang sendiri

TIGA SAJAK





>>KUNAMAKAN INI SEBUAH SAJAK PUTUS ASA (1)

Jika aku tahu ternyata kau tak mencintaiku, maka tak akan ada lagi sumbangan sajak cinta untuk dunia…

Maharani.net, 16 Oktober 2009

>>KUNAMAKAN INI SEBUAH SAJAK PUTUS ASA (2)
Cinta…
Cinta…
Cinta…
Ada banyak cinta. Segitiga, atau segilima. Tapi cinta ini, cinta yang salah. Cinta ini tak tahu arahnya kemana. Cinta ini, adalah lingkaran setan!
Aku cinta. Kau cinta. Ia cinta. Kita bertiga punya cinta.
Aku cinta kau. Kau cinta ia. Ia cinta kau.
Jika kau dan ia sama-sama cinta, apakah aku harus tetap cinta kau?

>>KUNAMAKAN INI SAJAK CINTA TERINDAH
Kita bertiga punya cinta. Cinta yang adalah lingkaran setan!
Tapi kita sama-sama cinta Dia. Sangat cinta Dia. Dia Di atas Segala. Dan Dia cinta kita.
Jika kita dan Dia saling mencinta, untuk apa kita bertiga menangis darah karena cinta yang hina?

Pondok Istiqomah, selepas maghrib,
21 Oktober 2009

Jumat, 16 Oktober 2009

KAWAN, AKU MENCINTAINYA…





Bertahun-tahun. Sejak pertama bertemu, pesonamu tak pernah pudar.
Entah sejak kapan, aku tak bisa memastikan, rasa itu ada untukmu. Rasa yang penuh gejolak meskipun hanya dengan mendengar namamu disebut. Apatah lagi jika melihat rupa dirimu yang menawan. Sempurna! Satu kata ini cukup untuk menggambarkan raut wajah, gerak-gerik (caramu berdiri, berlari, terkejut, senang), suaramu, gayamu saat menghadapi masalah, kerlingan matamu. Lagi-lagi, sempurna!

Huwah! Mungkin tak seharusnya aku seperti ini, tenggelam dalam hal yang bagi sebagian orang adalah sebuah ketidakwajaran. Tapi, bagiku aku tak berlebihan. Bukankah cinta dan sayang memang harus diwujudkan dengan kata-kata? Aku tak ingin munafik terhadap dirimu.

Aku memang tidak “keterlaluan” dengan perasaanku ini. Di luar sana, bahkan di sekitarku, orang-orang tergila-gila padamu. Pesonamu memang sungguh luar biasa. Kau memiliki banyak pemuja disana-sini. Tak jarang, aku harus menelan pahit menerima hal ini. Perih! Aku harus menghadapi situasi serupa setiap saat. Karena aku tahu, kau bukan milik siapa-siapa, bukan milikku. Kau milik semua orang, semua orang berhak memilikimu. Oh, Tuhan… Ternyata berbagi cinta memang tidaklah segampang itu. Anehnya, meskipun hal ini terjadi berulang-ulang, aku sama sekali tak bisa berpaling darimu. Cintaku bahkan semakin bertambah padamu, semakin hari semakin besar. Dan kau tak pernah bisa mengerti perasaan ini. Siaaal..!

@@@

Sebenarnya, aku tahu, kau hanya mencintai seseorang dalam hidupmu. Dia yang selalu berusaha kau lindungi saat dalam keadaan bahaya. Bahkan suatu ketika, kau mengatakan rela mati untuknya. Huh! Cintamu ternyata begitu besar padanya, meskipun si gadis ayu itu tak pernah tahu tentang hal itu. Kalian saling mencintai, aku tahu itu. Cinta kalian sangatlah dalam, meskipun keadaanmu seperti ini. Kalian terpisah oleh sesuatu yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dekat tapi jauh. Jauh tapi dekat.

Suatu hari kau berkata, “When can I get back to myself, when can I return to you, and when can I say, I love you, Ran…”
Oh, begitu dalam cintamu padanya. Aku tersiksa!
Aarrrrgggghhh! Tidak seharusnya si gadis karate itu memilikimu. Aku, akulah yang seharusnya. Namun, sekarang aku harus mengakuinya. Ah, aku mencintaimu, Sinichi Kudo…

Senin, 12 Oktober 2009

MAAFKAN,, MAAFKAN,, MAAFKAN...





Rabbi..!
Kini aku tak tahu pasti apa yang ingin aku sampaikan saat ini... Atau mungkin aku hanya merasa bahwa aku tak pantas menyampaikan ini. Atau sebuah rasa yang telah Engkau Ciptakan untuk seorang hamba hina sepertiku saat ini adalah sebuah dosa...

Rabb, Yang MahaSegala Diatas Segala..!
Maafkan hamba jika telah membuat saudara-saudaraku terpuruk karena apa yang telah aku lakukan dan aku ucapkan...

Maafkan hamba jika telah menempatkan diri pada sebuah ketakwajaran, bahkan DOSA! Dosa yang akhirnya menyebabkan mereka turut ternodai...

Maafkan hamba jika mengetahui apa yang tidak semestinya aku ketahui...

Maafkan hamba jika merasakan apa yang seharusnya tidak aku rasakan...

Maafkan hamba jika membebani mereka dengan segala buruknya tingkah laku...

Maafkan hamba jika saudaraku menjauh dari-Mu karenaku...

Maafkan hamba jika membuat mereka terpuruk, JAUH,, semakin JAUH...

Rabb..!
Aku mengetahui,
Aku merasakan,
Aku menyadari,
sesungguhnya Engkau Murka padaku...
Maka,

Maafkan...

Maafkan...

Maafkan...

Ampuni aku...


>>di sudut Jalan Bawakaraeng, 12 Oktober 2009<<

SERIBU SERATUS DELAPAN PULUH LIMA*

SERIBU SERATUS DELAPAN PULUH LIMA

^El Zukhrufy^

Seribu Sembilan puluh lima,

Aku tak tahu pasti apakah itu angka yang benar untuk mendefinisikan kita berdua

Huh!

Benci ataukah karma, atau mungkin bukan dua-duanya,

Kita dalam keadaan yang sama atau tidak,

Yang pasti, jalan panjang yang kita lewati, kenangan yang kita rasakan, rumah yang kita tempati, senyum yang pernah kita resapi bersama, suara yang kita kagumi, kata-kata dan kalimat-kalimat yang kita maknai, wajah yang kita temui, semuanya!

Apakah benar-benar berharga bagi kita?

Atau mungkin, kau atau aku telah melupakannya???

Hahahaha…!

(tiba-tiba ada suara setan di sebelah ruang jiwamu, tapi kau tak pernah mengerti makna itu semua)

Ya. Inilah aku. Betapa bodoh kalian mengartikannya. Kalian bodoh karena selalu menganggapku tak ada, tak nyata. Padahal, telah pasti bahwa aku disampingmu. Ah, tepatnya di tubuhmu. Ah, bukan juga! Aku ada di hatimu, di nadimu, di setiap tetes darahmu. Tak pernahkah kau sadari itu? Aku bahkan telah menggantikan sisi yang seharusnya diisi oleh Tuhan yang sangat menyayangimu. Aku telah mengisi nadimu dengan kata, suara dan tatapan yang seharusnya dari awal kau mengetahui bahwa semua itu hanyalah kebencian. Hai, Tuhan! Saksikanlah, aku telah memiliki satu hamba-Mu lagi. Aku menang dalam pertempuran ini!

Kau ternyata belum menyadari betapa hebatnya setan itu bahkan setelah kau berkali-kali mendengar bisikannya

“Sebenarnya, aku sangat menyadarinya sebelum kau semakin mengisi seluruh jiwaku. Ini kulakukan karena aku sangat menyayangimu, hal-hal yang berkaitan denganmu, hal-hal yang mengingatkan aku padamu. Aku mencintaimu lebih dari cintaku pada Tuhan”, katamu…

Lalu, setan benar-benar merdeka!

Lihatlah dia, Tuhan… Hamba-Mu semakin mencintaiku.

Tapi, Tuhan… Aku ingin memberitahumu sesuatu. Sebenarnya, angka yang lebih tepat untuknya adalah seribu seratus delapan puluh lima. Dia telah terpuruk sedalam itu…

Dan, setan kembali tertawa.

Kali ini lebih bermakna dari sebelumnya…

--untuk jiwa-jiwa yang semakin jauh dari-Nya…--



Jumat, 03 Juli 2009

untuk kawan-kawan seperjuangan

Teruntuk kawan-kawanku…

Betapa berat terasa tangan ini ketika memulai untuk memencet tuts-tuts “si otak canggih”. Sedih. Ia datang begitu saja tanpa menggubris euphoria semestinya. Tidak! Riang itu sebenarnya hanya antara ada dan tiada. Tak pantas jika senang di atas derita saudara sendiri. Apalagi saudara dalam dakwah. Ah! Aku tak pernah akan menyangka seperti ini. Ini bukan mauku! Maka, ketegaran hati seorang wanita hanya berbuah air mata…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Senja kembali. Rutinitas aktivis dakwah seperti biasa. Kalau tidak rapat, pasti syuro’ (Lho, apa bedanya??). Di sebuah mesjid, mereka berkumpul. Membicarakan sesuatu yang sangat penting, senja ini harus terselesaikan! Waktu sudah memanggil, mengajak mereka bertarung dengannya. Dan, tidak ada pilihan lain, mereka memang harus berjuang….

Dakwah memang memaksa kita untuk dewasa. Dalam berpikir, juga bertindak. Dakwah tidak memerlukan sosok “anak mami” yang kesana-sini harus ditemani. Kedewasaan itu kini harus diperlihatkan oleh mereka. Lontaran-lontaran ide untuk masa depan kecemerlangan dakwah diurai satu-satu. Pertimbangan pun diajukan agar tidak ada hal yang menjadi batu kerikil jalan-jalan mereka. Dan, merekapun mengambil keputusan…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Benar pesan Imam Al Ghazali pada murid-muridnya. Bahwa sesuatu yang paling berat di dunia ini bahkan yang melebihi seekor gajah bengkak adalah amanah. Dan bagi aktivis dakwah, harus dengan gembira disertai senyum berusaha meraih (bukan menyambut atau disodori) amanah apapun di depan mata. Karena dakwah memerlukan orang yang seperti itu. Karena dakwah tidak memerlukan kita, tapi kita yang memerlukan dakwah.

Pada hakekatnya, manusia memang makhluk lemah. Yang jika diberikan beban, pada awalnya akan menolak (seperti saat Allah mengangkat kita sebagai khalifah di bumi) mentah-mentah. Tapi, manusia juga punya sisi rabbaniyah dalam dirinya, yang akan melakukan apapun untuk kebaikan, termasuk menerima amanah. Apatah lagi, seorang aktivis dakwah yang notabene paham dan hafal mati tentang hal ini. Yah! Terima saja amanahmu…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Rabbi…! Tolong bimbing hamba dalam mengemban amanah-amanah ini. Aku tak ingin jauh dari sisi-Mu hanya karena mengabaikan amanah.

Rabbi..! Beri hamba kekuatan untuk menjalani ini semua. Karena sesungguhnya kepercayaan yang diberikan saudara-saudaraku yang sepenuh hati, adalah beban bagi hamba…

Rabbi….! Kabulkanlah…………

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Saudaraku…

Mengenal kalian adalah kado terindah dalam hidupku. Kalian adalah pembimbing dan penuntun bagiku di saat kekosongan iman melandaku. Maka, pada saat kalian hilang satu-persatu tanpa bisa kucegah, aku terpaksa menelan pahit. Berusaha tegar di sela kesesakan hati… Maka, jika kalian pergi, janganlah terlalu jauh dariku, karena aku tak bisa bertahan disini tanpa kalian….

Saudaraku…

Perpisahan memang sangat menyakitkan. Dan pada saat kalian mengucap kata pisah, apakah wajar jika aku terluka? Ah! Aku terlalu mencintai kalian, saudaraku… Aku terlalu meresapi setiap detik-detik berharga bersama kalian…

Saudaraku…

Dan jika memang aku yang harus pergi saat ini, jangan lupakan aku. Tetap ingatkan aku tentang Tuhan, iman, amal dan akhlakku. Karena aku adalah pelupa. Jangan sepenuhnya lupakan akku disini, jika kalian tidak ingin melihatku terpuruk.

Saudaraku…

Aku ingin jujur saat ini…

Aku mencintai kalian, demi Rabb Semesta…

Makassar, 3 Juli 2009



Senin, 22 Juni 2009

suara Dara


Rhapsody Kebisuan

Hei, Dara!

Semalam aku melihat pangeranku duduk bersama ribuan tumpukan buku

Teduh nian air mukanya saat itu

Matanya seolah tak ingin dipalingkan sedetikpun dari lembaran yang tengah dibacanya

Ah, Dara…

Aku tak tahan ingin “menggoda”nya

Lalu aku menghampirinya, tahukah kau apa yang terjadi?

Pangeranku menghadiahkan sesuatu yang paling berharga di dunia ini melebihi apapun!

Seraya senyum sipu malu, ia berkata:

“Terima kasih…”

Duhai, aku melambung_

Tolong, jangan hiraukan aku…

Tapi, Dara…

Dosakah jika aku berkata pada-Nya, “Ya Rabbi, aku jatuh cinta..!”

Pintu 1 Kampus Tamalanrea, 20 Juni 2009


Sabtu, 13 Juni 2009

WANITA JELATA

Seorang gubernor pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah jelek. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.

Dengan keheranan sang Gubernor bertanya, "Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?" Janda bermuka buruk itu menjawab, "Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat." "Maksud engkau?" tanya sang Gubernor mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu. "Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu salat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal."


Dengan jawaban seperti itu, sang Gubernor merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah rauh, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.

Akhirnya sang Gubernor jatuh cinta kepada perempua lusuh yang berparas hanya lebih bagus sedikit dari monyet itu. Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Orang-orang besar tak habis pikir, bagaimana seorang gubernor bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.

Maka pada suatu kesempatan, diundanglah mereka oleh Gubernor dalam sebuah pesta mewah. Juga para tetangga, trmasuk wanita yang membuat heboh tadi. Kepada mereka diberikan gelas crystal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar. Gubernor lantas memerintah agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Namun, tiba-tiba trdengar bunyi berdenting, pertang ada orang gila yg melaksanakan perintah itu. Itulah si perempuan berwajah buruk. Di kakinya pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan keheranan.

Gubernor lalu bertanya, "Mengapa kaubanting gelas itu?" Tanpa takut wanita itu menjawab, "Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan berkurnag lantaran perintah Tuan tidak dipatuhi." Gubernor terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu. Sebab lainnya?" tanya Gubernor. Wanita itu menjawab, "Kedua, saya hanya menaati perintah Allah. Sebab di dalam Alquran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau ulil amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan." Gubernor kian takjub. Demikian pula paran tamunya. "Masih ada sebab lain?" Perempua itu mengangguk dan berkata, "Ketiga, dengansaya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernornya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya."

Maka ketika kemudian Gubernor yang kematian istri itu melamar lalu menikahi perempuan bertampang jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkab berbalik sangat gembira karena Gubernor memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernornya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.


(sumber: anonymous)



Wanita dan Rasa Kue


Ibnu Abbas bukan cuma seorang yang pandai dan cerdik, tetapi juga tampan. Banyak gadis tergila-gila padanya. Namun, dia hanya ingin beristri wanita salihah. Allah mengabulkan keinginannya.

Pada suatu hari, istrinya diajak bersilaturahmi ke semua kerabat dan handai taulan. Tetapi, orang-orang, terutama kaum lelaki, selalu lebih melirik pada sang istri ketimbang Ibnu Abbas. Ibnu Abbas merasakan lirikan itu penuh nafsu dan gairah. Hal ini membuatnya galau.

Akhirnya, Ibnu Abbas mengundang para rekan dan kerabatnya berkunjung kerumahnya. Dia menyediakan mereka hidangan kue berbentuk sama, tetapi beraneka warna, mulai dari putih, coklat, kuning, dan hitam. Ibnu Abbas mempersilakan para tamunya mencicipi hidangan itu. ''Wah, kue yang coklat ini lezat,'' bisik seorang tamunya.

''Tetapi, kue yang putih ini juga nikmat,'' bisik tamu lainnya. Tamu yang telah mencicipi kue coklat itu tidak percaya, lalu mencoba kue-kue yang disarankan rekan-rekannya. ''Nah, rasanya sama 'kan dengan kue yang berwarna coklat tadi?'' tanya seorang rekannya.

Perbincangan para tamu berkutat pada kue yang beraneka warna, namun satu rasa, manis semua. Akhirnya, Ibnu Abbas berbicara, ''Saudara-saudaraku semua, saya sengaja memberi warna kue ini dengan warna putih, coklat, kuning, hitam, namun rasanya sama, manis semua. Begitu juga dengan istri-istri saudara. Meraka yang berkulit putih, coklat, kuning, dan hitam, walaupun berbeda warna, rasanya bisa saya pastikan sama semua.''

Rasulullah saw menganjurkan kepada mereka yang sudah beristri, jika melihat wanita lain lalu bernafsu, hendaknya segera pulang dan menunaikan kewajibannya sebagai suami terhadap istri. Apa yang dimiliki wanita lain juga ada pada istri kita.

Sementara itu, terhadap mereka yang belum menikah, dalam hadisnya Rasulullah berkata, ''Wahai para pemuda, siapa pun di antara Anda yang sudah

mampu [memberi nafkah lahir batin] segeralah menikah. Sementara bagi yang belum mampu, lebih baik baginya berpuasa karena puasa dapat membendung hawa nafsu.''

Dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad bin Hambal, nabi bersabda, ''Pandangan [bernafsu] adalah anak panah yang beracun dari busur Iblis. Barang siapa yang menahan pandangannya dari kemolekan wanita, Allah akan memberikan kenikmatan dalam hatinya sampai hari perjumpaannya dengan Allah.''

Oleh : Muhtadi Kadi

Rabu, 10 Juni 2009

Satu Jam Untuk Kebahagiaan Dunia Akhirat


Manusia selalu berada di antara hidayah Allah dan tipu daya syaithan. Kelengahan sedikit saja, syaithan akan bisa menjermusukan seseorang ke dalam lembah yang akan menyia-nyiakan bahkan merusak hidup seseorang. Berikut ini adalah 7 amal penting yang akan menjamin seseorang terhindar dari kondisi negatif itu. Dengan melakukan 7 program ini, seseorang akan diampuni dosanya, dilindungi dari fitnah kubur, dibangunkan rumah di surga, dikabulkan do’anya, dilindungi dari kefakiran, dicukupi kebutuhannya, dibebaskan dari perasaan gelisah. Uniknya lagi, semua hal itu dapat diperoleh hanya dengan membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit atau 1 jam saja.

  1. Melakukan 12 rakaat sunnah rawatib. Yakni, 2 rakaat sebelum subuh, 4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat bada zuhur, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya.
    Manfaat yang diharapkan: Allah akan membangunkan sebuah rumah di surga bagi orang yang senantiasa melakukannya.
    Dalil : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang solat dalam satu hari sebanyak 12 rakaat, sunnah, Allah akan bangunkan baginya rumah di surga.” (HR Muslim)
  2. Sholat dua rakaat tahajjud. Faidah yang diharapkan: Dikabulkannya do’a, diampunkannya dosa, dan dicukupi Allah kebutuhannya. Dalil: Sabda Rasulullah saw, “Allah sw turun setiap malam ke langit dunia, di saat sepertiga malam terakhir dan mengatakan, “Siapa yang berdo’a kepadaku, pasti aku kabulkan. Siapa yang meminta padaku,pasti aku berikan, dan siapa yang memohon ampun padaku, pasti aku ampuni. (HR. Bukhari)
  3. Melakukan sholat duha 2 raka’at, 4 rakaat atau 8 rakaat. Manfaat yang diharapkan: Bernilai shadaqah dari seluruh persendian tulang. Dalil: Rasulullah saw bersabda, “Setiap persendian kalian adalah sadakah, setiap tasbih adalah sadakah, setiap tahmid adalah sadakah, setiap tahlil adalah adakah, setiap takbir adalah sadakah, setiap anjuran pada kebaikan adalah sadakah, setiap larangan dari yang mungkar adalah sadakah, dan semuanya akan mendapat ganjaran yang sama dengan melakukan shalat dua rakaat dari shalat duha.
  4. Membaca surat Al Mulk. Manfaat yang diharapkan: Diselamatkan dari adzab kubur. Dalil : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya ada salah satu surat dri Al Qur`an yang terdiri dari 30 ayat. Ia akan memberi syafaat pada seseorang dengan pengampunan dosa. Yaitu surat “tabarakallazi biyadihil mulk.” (HR Turmudzi dan Ahmad. Turmudzi mengatakan, ini adalah hadits hasan)
  5. Mengatakan : Laailaaha illallah wah dahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa hua ala kulli syai’in qadir dalam satu hari seratus kali. Manfaat yang diharapkan: Terpelihara dari gangguan syaitan selama satu hari, dihapuskan 100 kesalahan dan memperoleh 100 kebaikan.
    Dalil : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengatakan “Laa ilaaha illallah wah dahuu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ala kulli syai’in qadiir”, maka ia akan mendapat pahala seperti membebaskan 10 budak, ditulis baginya 100 kebaikan, dihapuskan 100 kesalahannya, dan ia akan terpelihara dari syaitan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorangpun yang lebih baik dari apa yang ia peroleh dari hari itu, kecuali ada orang yang beramal lebih dari itu.”
  6. Shalawat atas Nabi Muhammad saw sebanyak 100 kali.
    Faidah yang diharapkan: Bebas dari bakhil dan mendapat balasan shalawat dari Allah swt. Dalil: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bershalawat atas diri saya maka Allah akan mendo’akannya sebanyak sepuluh kali.” (HR. Muslim)

    Hadits Rasulullah saw: Orang yang bakhil adalah orang yang bila namaku disebut di hadapannya, kemudian ia tidak bershalawat kepadaku. (HR Turmudzi)
  7. Mengatakan Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil aziim.
    Faidah yang diharapkan: Ditanamkan di surga untuk yang melakukannya 100 batang pohon. Dalil: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melazimkan istighfar, maka Allah akan memberikan padanya jalankeluar di setiap kesempitan, penyelesaian dari setiap kegundahan, dan diberikan rizki dari sesuatu yang tidak diduga-duga. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim)

Selain tujuh amalan di atas, tentu saja kita harus mengerti bahwa iman dalam Islam bukanlah sekedar sholat,dzikir dan bacaan Al Quran, tapi mencakup perbuatan dan prilaku kita dalam berhubungan sesama manusia. Rasulullah menyebutkan, “Senyum anda kepada saudara anda adalah shadakah, danperintah kepada yang ma’ruf serta larangan dari yang mungkar itu shadakah, petunjukmu pada seorang asing yang tersesat itu sedekah, engkau menuntun orang yang sulit melihat itu shadakah, menyingkirkan batu dan duri dari jalan itu adalah sadakah, dan engkau membantu mengambilkan air untuk sahdaramu itu adalah sedekah.” Hadits riwayat Turmudzi ini menunjukkan bahwa kebaikan seorang muslim, selain ditunjang oleh kebaikan bathinnya juga harus diimplementasikan dalam kebaikannya dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

(eramuslim.com )


Jumat, 29 Mei 2009

POEM



>>POEM 1:



CUKUP!
kumohon, bahakan dengan sangat:
jangan sebut NAMA itu lagi...
Aku ingin kembali tidur lelap sekarang....

(Makassar, April 2009)


>>POEM 2:

Di sebuah rumah, aku melihat Bahagia terbang kesana...
Ia hadirkan sejuta pesona sipu malu antara mereka...

Di sebuah senja, Bahagia berikan sejuta senyum bunga-bunga...

Duhai, Bahagia_
Bilakah kau menjemput inginku?

(Pondokan, 29 April 2009)


>>POEM 3:

HAhahahahahaha.............!!!!

Aku tertawa pada luka...

Aku benci!
Kau, Pecundang....!

Aku, Bodoh.......

(Pagi, 29 April 2009)

Kamis, 28 Mei 2009

poem 2day



SEPASANG MATA WANITA
AKU IBARATKAN LANGIT BERMENDUNG HARI INI...
SAAT SANG WANITA BERSEDIH,
LANGIT ITU MERINTIKKAN CAIRAN ASIN...
CAIRAN ITU MENDERAS
SEIRING SEDU-SEDAN SANG WANITA...
AH!
HARUSKAH WANITA SELALU BERDUKA??????????????




(MAKASSAR, 27 MEI 2009)

Selasa, 12 Mei 2009

Dendang Hati

Huwaaaah!
Blank banget mau posting tentang apa. Tapi, mungkin curhat bolehlah…
Sebenarnya, curhat di blog pun agak enggan. Yah! Aku memang terlalu tertutup untuk itu. OK! Langsung saja, kawan…
Ini mungkin kisah yang paling berharga dalam hidupku. Dan pagi tadi adalah pagi yang menentukan bagi hidupku di sebuah perkampungan nun jauh disana, paling tidak selama dua bulan kedepan. Entah apa yang terjadi disana kelak. Dua bulan penentu cita-citaku.

***

Bantaeng. Katanya, satu kabupaten yang digembar-gemborkan sebagai tempat pelaksanaan KKN Profesi tahun ini. Hampir pasti, para mahasiswa yang mendaftar KKN Profesi Kesehatan di lantai 2 Fakultas Kedokteran Gigi pagi tadi akan mengabdi disana. Mengaplikasikan ilmunya selama enam semester lalu. Ya, aku termasuk di dalamnya. Setelah mendapat restu orangtua (selama aku jauh dari mereka, apapun yang akan aku lakukan akan kudiskusikan dahulu dengan mereka, sangat berbeda ketika aku masih bersama mereka…), akhirnya kubulatkan tekad untuk menuliskan namaku di buku pendaftaran itu. Deg-degan juga, apalagi saat pulpen disodorkan ke tanganku.

Di saat yang sama, berkelebat bayang saudara-saudaraku seperjuangan di jalan dakwah. Sebenarnya, tidak rela juga jika harus meninggalkan mereka. Aku ingin menemani mereka berjuang, menyambut para mahasiswa baru, setidaknya menuangkan tenaga dan ide untuk merekrut para calon kader kampus, di sisa-sisa keberadaanku di kampus yang sangat kucintai.



ANTARA AMANAH KAMPUS DAN AMANAH ORANG TUA
Sangat susah untuk menentukan pilihan antara keduanya. Karena, dengan anggapan bahwa aku lebih dahulu mendapat amanah dari orang tua untuk cepat-cepat menyelesaikan kuliah; karena dengan lama-lama di kampus berarti akan membuat mereka berdua semakin susah payah untuk membiayai suapan perut anaknya di perantauan; karena restu Allah ada pada restu orang tua; karena aku ingin betul-betul mengamalkan materi BIRUL WALIDAIN yang pernah diberikan ustadz. Karena itu semua, aku memilih untuk mengedepankan amanah orang tua. Meskipun sebenarnya, dengan sungguh bijak, Ayah tak pernah memaksa untuk menyelesaikan studi dalam jangka waktu empat tahun atau bahkan kurang dari itu. Tidak pernah! Terngiang kembali potongan dialog itu….

“Jangan terlalu memaksa untuk cepat selesai, Nak… Ntar kamu sakit kalo maksa untuk belajar terlalu rajin…” Aku heran mendengar kalimat ini dari seorang Ayah, sementara mungkin kebanyakan Ayah-Ayah yang lain bahkan akan memaksa anaknya untuk mendapat gelar Cum Laude. Karena itu, aku menjawab…

“Tapi kan, kalo lama-lama berarti uang Ayah habis untuk membiayai kuliah…”
Tak tega jika membayangkan jerih payahnya mencari uang kesana-kemari untuk ketiga anaknya. Sementara, wajah bijak nan teduh itu semakin menua dengan kemerut disana-sini, juga uban yang semakin memenuhi . Ayah sudah terlalu tua untuk membiayai kami, anak-anak kesayangannya.

“Nda apa-apa, Nak. Apapun yang kamu butuhkan disana, akan coba Ayah penuhi. Karena itu sudah kewajiban Ayah sebagai orangtua. Sudahlah, jangan terlalu memikirkan Ayah dan Bundamu disini. Cukuplah dengan belajar yang rajin, maka kamu sudah membuat kami senang dan bangga mempunyai anak sepertimu…”
Ah, Ayah! Betapa bijaknya. Rindu aku ingin bertemu kembali. Setelah selama 20 purnama kita tak pernah berjumpa. Terlalu lama untuk seorang anak yang tak pernah jauh dari orang tua, meskipun anak itu akan merangkak menuju dewasa.
Ayah…! Aku rindu pada analogi-analogi yang kau berikan tentang memaknai hidup. Padamu kutemukan sesosok sahabat yang menegur kesalahanku dalam diam. Sesosok raja yang bertitah dalam tingkah laku.

Ayah…
Dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi, kerinduan tinggal hanya kerinduan,
Anakmu sekarang banyak menanggung beban…
Ebiet G. Ade)(Titip Rindu Buat Ayah


Bersambung…………

Senin, 11 Mei 2009

Mitos kartini dan Rekayasa Sejarah

Oleh: Adian Husaini

Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan? Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-269

Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”

Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?

Menyongsong tanggal 21 April 2009 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik 'pengkultusan' R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita”. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar, yang menamatkan doktor sosiologinya di Harvard University.

Harsja juga menggugat dengan halus, mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.

Padahal, papar Harsja, kehebatan dua wanita itu sangat luar biasa. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu 1644-1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk pria maupun untuk wanita.

Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita.

Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.

Harsja menulis tentang kisah ini: “Abendanon mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak.”

Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia.

Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).

Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain mengadakan prakarsa pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal 27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C.Th. van Deventer. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-idenya pada orang-orang di Belanda. Harsja Bachtriar kemudian mencatat: “Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”

Karena itulah, simpul guru besar UI tersebut: “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.”

Harsja mengimbau agar informasi tentang wanita-wanita Indonesia yang hebat-hebat dibuka seluas-luasnya, sehingga menjadi pengetahuan suri tauladan banyak orang. Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini: “Dan, bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada RA Kartini.”

Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.

Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).

Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.

Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.

Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan,” begitu kata Rohana Kudus.

Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara.
Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:
“Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.”
Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje? Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck.

Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam. Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini menulis:
”Salam, Bidadariku yang manis dan baik!... Masih ada lagi suatu permintaan penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut: ”Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?” Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya.” (Lihat, buku Kartini: Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya, (penerjemah: Sulastin Sutrisno), (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000), hal. 234-235).

Melalui bukunya, Snouck Hurgronje en Islam (Diindonesiakan oleh Girimukti Pusaka, dengan judul Snouck Hurgronje dan Islam, tahun 1989), P.SJ. Van Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk ’menaklukkan Islam’. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam ’penyamarannya’ sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ’ulama’. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai ”Mufti Hindia Belanda’. Juga ada yang memanggilnya ”Syaikhul Islam Jawa”. Padahal, Snouck sendiri menulis tentang Islam: ”Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.” (hal. 116).

Snouck Hurgronje (lahir: 1857) adalah adviseur pada Kantoor voor Inlandsche zaken pada periode 1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial Belanda. Salah satu strateginya, adalah melakukan ‘pembaratan’ kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam. Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa. Snouck optimis, rakyat banyak akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. Menurutnya, Islam Indonesia akan mengalami kekalahan akhir melalui asosiasi pemeluk agama ini ke dalam kebudayaan Belanda. Dalam perlombaan bersaing melawan Islam bisa dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan yang ditopang oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenangnya. Apalagi, jika didukung oleh kristenisasi dan pemanfaatan adat. (hal. 43).

Aqib Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan Islam di Indonesia: “Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan kristenisasi. Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam) melalui asosiasi kebudayaan.” (hal. 24).
Itulah strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Kita melihat, strategi dan taktik itu pula yang sekarang masih banyak digunakan untuk ‘menaklukkan’ Islam. Bahkan, jika kita cermati, strategi itu kini semakin canggih dilakukan. Kader-kader Snouck dari kalangan ‘pribumi Muslim’ sudah berjubel. Biasanya, berawal dari perasaan ‘minder’ sebagai Muslim dan silau dengan peradaban Barat, banyak ‘anak didik Snouck’ – langsung atau pun tidak – yang sibuk menyeret Islam ke bawah orbit peradaban Barat. Tentu, sangat ironis, jika ada yang tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah merusak Islam, dan pada saat yang sama tetap merasa telah berbuat kebaikan. [Depok, 20 April 2009/www.hidayatullah.com]

sumber: www.hidayatullah.com
Makassar, Mei 2009


Rabu, 06 Mei 2009

Makassar, Mei 2009


Rabbi.!
Aku tahu, aku terlalu cepat mengira. Tapi, naluri wanita yang terlanjur kugelari “Naluri Terbaik” ini telah berkata seperti itu. Sebenarnya, aku sangat menyayangkan itu terjadi. Mungkin, aku memang hanya hidup dari dugaan-dugaan yang belum tentu benar…
Aku kembali membaca setiap pikirnya. Tingkah lakunya. Benar, kata adalah senjata! Kali ini, kata-katanya menusuk kalbu lebih dalam. Ah! Begitu lihai ia menyindir. Aku menyesal mengenalnya sebagai penyair. Lebih tepatnya, penyair tak bersuara. Atau, penyair dalam diam! Dan aku terlalu pandai memahami arti diam.



Rabb..!
Tolong sampaikan padanya. Bahwa aku telah membaca pesan tersembunyi itu. Sampaikan ucapan terima kasihku padanya, semoga ia bergelimang kebaikan selama hidupnya. Dan, jika IA yang ia maksud adalah aku, sampaikan padanya, aku akan segera menghilang dari kehidupannya!


Makassar, Mei 2009
(22.53 WITA)

Sabtu, 11 April 2009

SIAPA GERANGAN DIRINYA_PADI




Padi - Siapa Gerangan Dirinya

G F Em A# C
G F Em A# C

G C
Aku sayapnya, tambatan hatinya
Em D C
Yang mengilhami tiap langkah hidupnya
G C
Begitu adanya...dalam goresan pena
Em D C
Ia suratkan berkala untukku
Em D C
Tak sekalipun kujumpai dia

D Em C G
Tak pernah berhenti mencintaiku
Em Am
Seluruh jiwa raga hati meskipun samar
C D G
Siapa gerangan dirinya

Dm G Dm F

G C
Aku nafasnya mungkin pula nadinya
Em D C
Kan menjaga denyut jiwanya
G C
Berartinya aku dimata hatinya
Em D C
T'lah meniupkan cinta sejatinya
Em D C
Sungguh enggan ia merelakan aku

D Em C G
Tak pernah berhenti mencintaiku
Em Am
Seluruh jiwa raga hati meskipun samar
C D G
Siapakah gerangan dirinya

Dm G Dm F

MENEROBOS GELAP_PADI







Padi - Menerobos Gelap

Em A Em G
Em A Em G

A D C#m Bm
Ku ikrarkan hati untuk maju melangkah pergi
D E A
Menerobos dinding-dinding gelap ini
A C#m F#
Tak ku pertanyakan lagi seperti waktu itu
D F C
Pernah ku terjebak tanpa satu teman menemaniku

C G Dm
Ketika aku tenggelam dalam kesunyian ini
F
Kucoba mendamaikan hatiku
C G
Sepatutnya aku mampu melaluinya
Dm A
Menjejakkan kakiku meretaskan jiwa

A D C#m Bm
Tegaskan diriku untuk melewatkan hari
D E A
Dengan keyakinan hati aku miliki
A C#m F#
Biar, aku ikhlaskan peluhku basahi jiwaku
D F C
Sirami hatiku...aku akan tetap terus melangkah

C G Dm
Selagi aku tenggelam dalam kesunyian ini
F
Kucoba mendamaikan hatiku
C G
Sepatutnya aku mampu melaluinya
Dm A
Menjejakkan kakiku meretaskan jiwa

Em A Em G

C G Dm
Ketika aku tenggelam dalam kesunyian ini
F
Kucoba mendamaikan hatiku
C G
Sepatutnya aku mampu melaluinya
Dm A
Melangkahkan kakiku menuju cahaya

Jumat, 27 Maret 2009

MARI SELAMATKAN LINGKUNGAN KITA



Semakin miris memang jika kita melihat kondisi lingkungan kita saat ini. Kenyataan menunjukkan bahwa mulai dari sekarang kita betul-betul harus bertindak untuk menyelamatkan lingkungan dan bumi kita. Mahasiswa-mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada memberikan sebuah fakta kurang lebih satu tahun yang lalu, tepatnya awal Oktober 2007, bahwa meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan.

Lebih lanjut, para mahasiswa itu menerangkan bahwa kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.


Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas wilayah Jakarta Utara. Gangguan terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terjadi diantaranya adalah : (a) gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan Timur-Selatan Sumatera ; (b) genangan terhadap permukiman penduduk pada kota-kota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pesisir di Papua ; (c) hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta ; gambaran ini bahkan menjadi lebih ‘buram’ apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang hanya berkisar 4 % saja dari keseluruhan luas wilayah nasional, dan (d) penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas, dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia.

Masih dari penelitian para mahasiswa itu, terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut yang terjadi. Dengan asumsi kemunduran garis pantai sejauh 25 meter, pada akhir abad 2100 lahan pesisir yang hilang mencapai 202.500 ha.
Bagi bumi pertiwi tercinta, dampak kenaikan muka air laut dan banjir lebih diperparah dengan pengurangan luas hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran maupun akibat penggundulan. Data yang dihimpun dari The Georgetown – International Environmental Law Review (1999) menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1997 – 1998 saja tidak kurang dari 1,7 juta hektar hutan terbakar di Sumatra dan Kalimantan akibat pengaruh El Nino. Bahkan WWF (2000) menyebutkan angka yang lebih besar, yakni antara 2 hingga 3,5 juta hektar pada periode yang sama. Apabila tidak diambil langkah-langkah yang tepat maka kerusakan hutan – khususnya yang berfungsi lindung – akan menyebabkan run-off yang besar pada kawasan hulu, meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir pada wilayah hilir , serta memperluas kelangkaan air bersih pada jangka panjang.

Dari data-data di atas, kita dapat melihat fakta baru yang bagi sebagian orang -yang acuh tak acuh dengan lingkungan, data-data tersebut mungkin tidak terlalu mencengangkan. Namun, bagi kita tentu berbeda. Ada sensasi yang aneh setelah mengetahui fakta-fakta itu. Entah keterkejutan, emosi yang meluap atau ada wujud kesedihan karena menyadari bahwa kita selama ini tidak pernah melakukan apa-apa untuk sekedar mempertahankan dan melestarikan lingkungan kita.
Menurut Antara News, masalah penting yang harus dipecahkan adalah bagaimana menemukan jalan untuk pembangunan berkelanjutan di negara-negara berkembang yang tidak hanya mencakup perlindungan lingkungan, namun juga upaya meningkatkan standar hidup masyarakat dan menghapuskan kemiskinan dalam kerangka ekologi, serta mendorong kebijakan baru untuk pertanian, industri, perdagangan dan keuangan.

Sebagai mahasiswa yang notabene dianggap sebagai agent of change dan social control, mengatasi masalah tersebut adalah tugas kita. Agent of change yang kurang lebih berarti pemegang kendali perubahan bukan dimaknai dengan perubahan dalam hal yang negative, melainkan diartikan sebagai perubahan positif yang dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat di sekitarnya, selain karena mahasiswa juga merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Juga sebagai social control, mahasiswa harus bisa menunjukkan keberadaannya yang berarti, yang pandai berinteraksi baik dengan masyarakat maupun dengan lingkungan.
Mungkin kita, mahasiswa kampus merah tercinta, Universitas Hasanuddin, dapat mengambil contoh dari Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Mahasiswa kampus ini turut mengadakan kegiatan yang bertemakan “Hijaukan Lingkungan” pada Januari lalu. Hal ini mereka lakukan dengan kesadaran penuh bahwa pemanasan global yang terjadi adalah akibat dari ulah manusia dan dampaknya antara lain dikurangi dengan peningkatan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengurangi dampak pemanasan global, Universitas Proklamasi 45 memulai dengan penghijauan kampus. Civitas akademika ini menanam 400 pohon di lingkungan sekitar kampus. Gerakan cinta lingkungan ini, diikuti oleh sekitar 90 orang, terdiri atas rector, dosen, karyawan, serta mahasiswa. Mereka beramai-ramai menanam aneka pohon berkayu, seperti durian, rambutan, mangga, mahoni, serta jati. Mahasiswa yang terlibat aktif dalam berbagai organisasi kampus, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), resimen mahasiswa, Komunitas Mahasiswa Papua, serta kelompok pecinta alam Galaksi.

Lihatlah, betapa para civitas akademika itu aktif dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk seluruh umat manusia di seluruh penjuru bumi. Benar-benar kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk kemaslahatan umat. Di masa yang akan datang, kita juga mereka, akan menuai hasil dari kerja keras itu. Sebuah pekerjaan yang terlihat kecil, namun sangat besar manfaatnya. Mereka telah berhasil meyakinkan kepada masyarakat dan dunia bahwa mahasiswa bukanlah manusia-manusia yang suka bentrok antara sesamanya hanya karena masalah yang sepele; bukan manusia-manusia yang manja, cengeng, yang hanya menghabiskan separuh besar waktunya di mal atau bioskop; bukan manusia-manusia (yang diberi gelar “dewasa”) yang tiap hari pusing akan mengenakan kostum apa esok hari, agar terlihat keren di hadapan teman-temannya, yang sebenarnya sangat tidak penting.

Sebagai salah satu tempat yang digunakan untuk mendapatkan ilmu, selayaknyalah kampus/universitas dapat dijadikan sebagai tempat yang kita anggap paling tepat untuk berkreasi dan berekspresi, tentang bagaimana mengatasi masalah ini. Harus kita sadari juga bahwa jika kerusakan lingkungan semakin menjadi-jadi, maka yang menjadi imbas adalah kita sebagai makhluk yang bernaung di bumi ini. Sebagai mahasiswa, tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi di Negara kita pada khususnya, dan bumi pada umumnya.
Pertanyaannya sekarang adalah sudahkah kita berpartisipasi dalam hal menghijaukan lingkungan kita? Hal-hal apa saja yang sudah kita lakukan? Jika jawabannya belum ada dan belum melakukan apa-apa, maka kita harus mulai bertindak dari sekarang, tidak usah menunggu lama-lama lagi. Dan sebenarnya, apa yang kita tunggu? Tidak ada!
Kita seharusnya malu jika sebagai mahasiswa, insan yang diberi gelar “Intelektual”, kita tidak bisa atau turut serta dalam penghijauan lingkungan. Kita bisa berpartisipasi misalnya dengan melakukan penelitian mengenai dampak kerusakan lingkungan, seperti yang dilakukan civitas akademika Universitas Gajah Mada di atas, atau menanam pohon secara massal, atau membuang sampah pada tempat yang semestinya, dan masih banyak yang lain.

Mulailah dari hal-hal kecil. Kita bisa mengajak orang-orang sekitar kita untuk turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan kita yang telah mengalami kerusakan. Sebagai mahasiswa, kita bisa menggunakan laboratorium dan digunakan untuk mengadakan penelitian tentang lingkungan, karena kita sudah menjadi bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Jadi, jika kita tidak mencakupi tiga hal tersebut, maka kita tidak pantas mengaku dan menyebut diri kita sebagai bagian dari civitas akademika perguruan tinggi. Bisa juga dengan mengadakan seminar-seminar penghijauan lingkungan, penanaman seribu pohon di daerah yang mengalami kekeringan, bakti social, dan semacamnya. Tapi, hal ini bukan hanya dilakukan oleh segelintir orang, melainkan seluruh lapisan masyarakat kampus. Semua orang harus dilibatkan, tanpa kecuali. Dan sekali lagi, kita harus memulai dari sekarang! Mari, selamatkan lingkungan kita!


*oleh Uswatun Hasanah, mahasiswi Ilmu Gizi FKM Unhas angkatan 2006
(Aktivis Forum Lingkar Pena Ranting Unhas)