Jumat, 27 Maret 2009

MARI SELAMATKAN LINGKUNGAN KITA



Semakin miris memang jika kita melihat kondisi lingkungan kita saat ini. Kenyataan menunjukkan bahwa mulai dari sekarang kita betul-betul harus bertindak untuk menyelamatkan lingkungan dan bumi kita. Mahasiswa-mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada memberikan sebuah fakta kurang lebih satu tahun yang lalu, tepatnya awal Oktober 2007, bahwa meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan.

Lebih lanjut, para mahasiswa itu menerangkan bahwa kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.


Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas wilayah Jakarta Utara. Gangguan terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terjadi diantaranya adalah : (a) gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan Timur-Selatan Sumatera ; (b) genangan terhadap permukiman penduduk pada kota-kota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pesisir di Papua ; (c) hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta ; gambaran ini bahkan menjadi lebih ‘buram’ apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang hanya berkisar 4 % saja dari keseluruhan luas wilayah nasional, dan (d) penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas, dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia.

Masih dari penelitian para mahasiswa itu, terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut yang terjadi. Dengan asumsi kemunduran garis pantai sejauh 25 meter, pada akhir abad 2100 lahan pesisir yang hilang mencapai 202.500 ha.
Bagi bumi pertiwi tercinta, dampak kenaikan muka air laut dan banjir lebih diperparah dengan pengurangan luas hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran maupun akibat penggundulan. Data yang dihimpun dari The Georgetown – International Environmental Law Review (1999) menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1997 – 1998 saja tidak kurang dari 1,7 juta hektar hutan terbakar di Sumatra dan Kalimantan akibat pengaruh El Nino. Bahkan WWF (2000) menyebutkan angka yang lebih besar, yakni antara 2 hingga 3,5 juta hektar pada periode yang sama. Apabila tidak diambil langkah-langkah yang tepat maka kerusakan hutan – khususnya yang berfungsi lindung – akan menyebabkan run-off yang besar pada kawasan hulu, meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir pada wilayah hilir , serta memperluas kelangkaan air bersih pada jangka panjang.

Dari data-data di atas, kita dapat melihat fakta baru yang bagi sebagian orang -yang acuh tak acuh dengan lingkungan, data-data tersebut mungkin tidak terlalu mencengangkan. Namun, bagi kita tentu berbeda. Ada sensasi yang aneh setelah mengetahui fakta-fakta itu. Entah keterkejutan, emosi yang meluap atau ada wujud kesedihan karena menyadari bahwa kita selama ini tidak pernah melakukan apa-apa untuk sekedar mempertahankan dan melestarikan lingkungan kita.
Menurut Antara News, masalah penting yang harus dipecahkan adalah bagaimana menemukan jalan untuk pembangunan berkelanjutan di negara-negara berkembang yang tidak hanya mencakup perlindungan lingkungan, namun juga upaya meningkatkan standar hidup masyarakat dan menghapuskan kemiskinan dalam kerangka ekologi, serta mendorong kebijakan baru untuk pertanian, industri, perdagangan dan keuangan.

Sebagai mahasiswa yang notabene dianggap sebagai agent of change dan social control, mengatasi masalah tersebut adalah tugas kita. Agent of change yang kurang lebih berarti pemegang kendali perubahan bukan dimaknai dengan perubahan dalam hal yang negative, melainkan diartikan sebagai perubahan positif yang dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat di sekitarnya, selain karena mahasiswa juga merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Juga sebagai social control, mahasiswa harus bisa menunjukkan keberadaannya yang berarti, yang pandai berinteraksi baik dengan masyarakat maupun dengan lingkungan.
Mungkin kita, mahasiswa kampus merah tercinta, Universitas Hasanuddin, dapat mengambil contoh dari Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Mahasiswa kampus ini turut mengadakan kegiatan yang bertemakan “Hijaukan Lingkungan” pada Januari lalu. Hal ini mereka lakukan dengan kesadaran penuh bahwa pemanasan global yang terjadi adalah akibat dari ulah manusia dan dampaknya antara lain dikurangi dengan peningkatan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengurangi dampak pemanasan global, Universitas Proklamasi 45 memulai dengan penghijauan kampus. Civitas akademika ini menanam 400 pohon di lingkungan sekitar kampus. Gerakan cinta lingkungan ini, diikuti oleh sekitar 90 orang, terdiri atas rector, dosen, karyawan, serta mahasiswa. Mereka beramai-ramai menanam aneka pohon berkayu, seperti durian, rambutan, mangga, mahoni, serta jati. Mahasiswa yang terlibat aktif dalam berbagai organisasi kampus, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), resimen mahasiswa, Komunitas Mahasiswa Papua, serta kelompok pecinta alam Galaksi.

Lihatlah, betapa para civitas akademika itu aktif dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk seluruh umat manusia di seluruh penjuru bumi. Benar-benar kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk kemaslahatan umat. Di masa yang akan datang, kita juga mereka, akan menuai hasil dari kerja keras itu. Sebuah pekerjaan yang terlihat kecil, namun sangat besar manfaatnya. Mereka telah berhasil meyakinkan kepada masyarakat dan dunia bahwa mahasiswa bukanlah manusia-manusia yang suka bentrok antara sesamanya hanya karena masalah yang sepele; bukan manusia-manusia yang manja, cengeng, yang hanya menghabiskan separuh besar waktunya di mal atau bioskop; bukan manusia-manusia (yang diberi gelar “dewasa”) yang tiap hari pusing akan mengenakan kostum apa esok hari, agar terlihat keren di hadapan teman-temannya, yang sebenarnya sangat tidak penting.

Sebagai salah satu tempat yang digunakan untuk mendapatkan ilmu, selayaknyalah kampus/universitas dapat dijadikan sebagai tempat yang kita anggap paling tepat untuk berkreasi dan berekspresi, tentang bagaimana mengatasi masalah ini. Harus kita sadari juga bahwa jika kerusakan lingkungan semakin menjadi-jadi, maka yang menjadi imbas adalah kita sebagai makhluk yang bernaung di bumi ini. Sebagai mahasiswa, tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi di Negara kita pada khususnya, dan bumi pada umumnya.
Pertanyaannya sekarang adalah sudahkah kita berpartisipasi dalam hal menghijaukan lingkungan kita? Hal-hal apa saja yang sudah kita lakukan? Jika jawabannya belum ada dan belum melakukan apa-apa, maka kita harus mulai bertindak dari sekarang, tidak usah menunggu lama-lama lagi. Dan sebenarnya, apa yang kita tunggu? Tidak ada!
Kita seharusnya malu jika sebagai mahasiswa, insan yang diberi gelar “Intelektual”, kita tidak bisa atau turut serta dalam penghijauan lingkungan. Kita bisa berpartisipasi misalnya dengan melakukan penelitian mengenai dampak kerusakan lingkungan, seperti yang dilakukan civitas akademika Universitas Gajah Mada di atas, atau menanam pohon secara massal, atau membuang sampah pada tempat yang semestinya, dan masih banyak yang lain.

Mulailah dari hal-hal kecil. Kita bisa mengajak orang-orang sekitar kita untuk turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan kita yang telah mengalami kerusakan. Sebagai mahasiswa, kita bisa menggunakan laboratorium dan digunakan untuk mengadakan penelitian tentang lingkungan, karena kita sudah menjadi bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Jadi, jika kita tidak mencakupi tiga hal tersebut, maka kita tidak pantas mengaku dan menyebut diri kita sebagai bagian dari civitas akademika perguruan tinggi. Bisa juga dengan mengadakan seminar-seminar penghijauan lingkungan, penanaman seribu pohon di daerah yang mengalami kekeringan, bakti social, dan semacamnya. Tapi, hal ini bukan hanya dilakukan oleh segelintir orang, melainkan seluruh lapisan masyarakat kampus. Semua orang harus dilibatkan, tanpa kecuali. Dan sekali lagi, kita harus memulai dari sekarang! Mari, selamatkan lingkungan kita!


*oleh Uswatun Hasanah, mahasiswi Ilmu Gizi FKM Unhas angkatan 2006
(Aktivis Forum Lingkar Pena Ranting Unhas)

Kamis, 19 Maret 2009

PARADOKS



Kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi, tetapi semakin rendah ketahanan kita akan amarah. Kita membangun banyak jalan-jalan yang besar, tapi wawasan kita semakin sempit. Kita banyak menghabiskan uang, tapi semakin sedikit apa yang kita punya. Banyak membeli, tetapi semakin sedikit yang bisa kita nikmati.

Rumah-rumah kita bertambah besar, akan tetapi keluarga kita semakin kecil. Rumah yang semakin nyaman, tapi semakin sedikit waktu yang kita miliki untuk menikmatinya. Rumah-rumah yang semakin elok, tetapi keluarga yang berantakan. Inilah masa pendapatan yang berganda tetapi perceraian bertambah.
Kita semakin banyak gelar, tetapi semakin sempit akal. Semakin banyak pengetahuan, tapi semakin sempit penilaian pada yang baik dan yang salah. Semakin banyak ahli, akan tetapi semakin banyak pula masalah, semakin banyak ditemukan obat, tetapi semakin berkurang kesehatan.



Kita terlalu banyak merokok, ceroboh, terlalu jarang tertawa, mengemudi terlalu cepat, semakin kerap marah, susah tidur, bangun dalam keadaan yang terlalu penat, terlalu sedikit membaca, terlalu banyak menonton televisi, dan sangat jarang berdoa.
Kita telah melipatgandakan keinginan, akan tetapi mengurangi nilai-nilai dari diri kita. Terlalu banyak berbicara dan kurang mendengar. Terlalu sedikit mencinta dan terlalu sering membenci.

Kita telah belajar bagaimana mencari nafkah, tapi tidak mencari hidup. Kita telah mampu menambahkan tahun-tahun dalam kehidupan kita, tetapi gagal membawa kehidupan dalam tahun-tahun kehidupan kita.
Kita telah melakukakn hal-hal yang lebih besar, tetapi gagal melakukan hal-hal yang lebih baik. Kita telah membersihkan udara, tetapi jiwa kita penuh polusi. Kita telah menaklukkan atom, akan tetapi tidak mampu menaklukkan prasangka buruk.
Kita banyak menulis, tetapi sedikit belajar. Kita banyak berencana, tetapi sedikit menggapai. Kita belajar untuk mengejar, tetapi tidak belajar menunggu.

Inilah zaman makanan cepat saji dan pencernaan yang lambat. Manusia-manusia lebih besar fisiknya, tapi kerdil karakternya. Inilah kalanya perjalanan yang semakin singkat, pakaian sekali pakai, moralitas yang terbuang, kelebihan berat badan, dan pil-pil yang dapat melakukan segalanya; membuat gembira, menenangkan dan sekaligus membunuh!

Inilah waktunya ketika banyak hal yang dipamerkan dan semakin sedikit yang disimpan. Ingatlah, sesungguhnya hidup tak diukur dengan berapa banyak hembusan nafas yang kita ambil. Tapi, hidup diukur dengan saat-saat terakhir hembusan nafas kita.


Sumber: Annida (lupa edisi berapa..he2)

Rabu, 04 Maret 2009

Curhatan teman-ku





Ini adalah cerita PORNO :p , gue harap kalian gak keringetan bacanya wkekeke. Sudah 3 hari belakangan ini Cynthia numpang menginap di kost-an ku yang kecil didaerah Kuningan. Awalnya saya agak khawatir dengan perubahan suasana ini.
Cynthia cuma menumpang sementara di sini padahal saya bingung "gimana perasaan cewek gue".

Untuk mencari penegasan saya tatap wajah muda Cynthia yang cantik dan lucu. Cynthia membalas tatapan saya tanpa berkedip. Sebersit saya membaca kegenitan di dalamnya, sayapun menyerah...

Hari pertama, 19 februari 2009.

Cynthia nampak begitu kalem dan sopan. Ketika itu si Avi (cw gue) juga ada dan dia oke-oke aja setelah mendapat penjelasan logis. Avi duduk di sofa di depan TV, dan saya duduk di bangku di depan meja komputer. Cynthia nampak menjaga jarak dengan saya, dia duduk tidak bergeming di samping Avi sambil menikmati soap opera dan MTV (Music Television). Saya mencoba menggoda Cynthia. Tapi female satu ini seperti batu, Avi dan dia menatap tanpa berkedip.



Hari pertama agak sorean. Problem mulai muncul ketika Avi pulang meninggalkan kost-an, membiarkan saya dan Cynthia berdua di kamar kost adalah hal yang janggal, saya tidak tahu harus bersikap bagaimana, saya grogi dan nervous apalagi begitu mobil Avi berlalu, Cynthia langsung mendekati saya dengan penuh roman. Saya duduk di sofa dengan perasaan tidak nyaman.

Cynthia mendekati saya dan ikut duduk di samping. Kaki saya yang terjulur ke atas coffe table di sentuhnya dengan halus, pinggang saya disenderinya dengan santai, merasa agak terganggu, saya berdiri dan pindah duduk di depan komputer lagi.

Cynthia mengikuti. Saya berpura-pura sibuk membuka internet, tapi Cynthia berdiri di sana menatap saya dengan pandangan yang sendu dan mengundang. Saya tanyakan, "Apa kamu belum makan siang?" Tapi Cynthia tetap terdiam seakan dia meminta sesuatu yang lain. Saya termangu tidak mengerti apa maksudnya. Tapi karena saya ini termasuk laki-laki yang tahan godaan, jelas saya tidak mau berpikiran yang bukan-bukan. Saya cuekin Cynthia seharian.

Hari kedua, 20 februari 2009.

Cynthia makin liar menjadi-jadi, Cynthia menggoda saya habis-habisan. Tubuhnya yang langsing selalu dicoba menempeli saya dengan kurang ajar. Walaupun Cynthia cantik, dan suaranya lembut menarik, saya tidak mau jatuh tertarik padanya.

Ketika saya bentak, "Cynthia Please... Jangan ganggu saya." Dia tetap saja berkepala batu. Bahkan ketika saya duduk disofa kembali, Cynthia mencoba membaringkan tubuhnya di pangkuan saya. Saya marah dan berdiri, kemudian saya berjalan dan membaringkan tubuh di kamar.

Angin dari fan yang bertiup dingin dan matahari yang masih nampak garang siang ini membuat saya jatuh tertidur 5 menit kemudian. Samar-samar saya merasa ada sesosok tubuh berbaringan di samping kanan. Tubuh hangatnya yang halus menyentuh lengan saya secara lembut dan mengundang. Sejenak saya merasa, barangkali si Avi balik lagi untuk mengambil barang yang biasanya tertinggal, tapi lama- lama saya menyadari tubuh hangat ini pasti bukan Avi.

Saya terkejut lalu bangkit secara tiba-tiba. Kali ini saya benar-benar murka melihat Cynthia sedang berbaringan secara santai dan erotis di samping saya. Padahal sebelum ada perkimpoian, saya berpikiran untuk tidak tidur dengan mahluk bergender perempuan.

Itulah sebabnya saya bentak Cynthia untuk jangan berbuat kurang ajar, karena sudah tidak tahan saya berdiri dan membuka pintu kost-an. "Keluar..!", teriak saya tidak sabar.

Wajah Cynthia nampak lesu dan sedih. Dua detik dia termenung untuk kemudian berjalan perlahan. Saya tidak lagi ingat akan segala bujuk rayunya, persoalan ini akan semakin membesar jika saya membiarkan Cynthia lebih lama menetap di kost-an. Langkah Cynthia yang seksi berhenti 10 meter dari pintu.

Karena saya takut dia akan merubah niat untuk berbalik kembali ke sini, saya berteriak "Dont you ever think about that !!!" Cynthia menatap saya secara kurang ajar, lalu membalas teriakan dengan keras:

"MEOWWWNGGGG..!! MEOWWWWWNGGG..!!"

Kucing jalanan itu akhirnya kembali ke asalnya...

Huss...Huss...Huss...!!!

Hehehe... Serius Amat Bacanya!!! ampe keringetan gitu....
Wakakakaka yang nafsunya gede udah ngiler aja.
udah udah, zaman gene porno??? gak banget dweh...

back to Qur'an and Hadist please :)

sumber : www.ketawa.com

Selasa, 03 Maret 2009

kisah seorang DARA


Datang…. Datang…
Datang saja kekasih
Kunanti kau malam ini
Jangan kau siksa ku begini
Jangan paksa aku mencari cinta yang lain…
(Kunanti Kau Malam Ini _ Mata Air Band)


Terbangun dari lelapnya. Dara sedang gundah. Ia merindu. Pada sesosok pria yang pernah dicintainya. Kenangan itu hadir lagi. Mengantarkannya pada rasa bersalah dan kecewa tiada batas…
***

Hakim. Nama yang sangat indah bagi Dara. Nama yang selalu membuatnya bergetar jika disebut orang lain. Tapi, itu dulu. Hakim adalah orang yang pernah singgah di hati Dara. Meski hubungan mereka hanya seumur jagung, namun kenangan mereka sangat membekas di hati Dara. Dan Dara yakin, Hakim lebih dari itu. Di antara mereka, Hakim pasti lebih terluka dengan perpisahan itu. Entah kenapa hal itu bias terjadi. Bukan karena sebuah kesalahpahaman atau penghianatan. Bagi Dara, ini sudah takdirnya…
***

Sebenarnya, Dara harus beruntung karena telah menjadi orang yang pernah sangat disayangi Hakim. Hakim, anak bungsu dari penguasa terkaya di kotanya. Rumah megah, mobil, dan segala bentuk kemewahan yang layak dimiliki seorang hartawan, ada di diri Hakim. Tapi, harta bukanlah landasan cinta Dara. Dara bukan seorang perempuan matre – seperti yang orang-orang tuduhkan padanya. Ketulusan, kesederhanaan dan kepolosan Hakim, itulah cintanya. Cinta yang selalu dijaga Dara. Tak pernah ia nodai, dengan setitik nila pun! Bahkan, menjelang perpisahan itu…
*****


Malam itu, di sela kegembiraan katak-katak yang menyambut tumpahan air dari langit, Dara mengenang semuanya. Entah kenapa, saat ia mengingat kembali, ia menitikkan airmatanya. Dara tidak tahu, apakah kenangan itu pahit atau tidak. Yang ia tahu, sekarang ia merindu. Rindu akan kasih saying dari seseorang di kejauhan. Dan saat ia menyusuri hatinya, ia sadar, bahwa ternyata Hakim lah yang ia rindukan. Lalu, titik-titik airmata itu menjadi semakin deras, tanpa diiringi suara, sunyi. Senyap!
Tiba-tiba, alat komunikasi mungilnya berdering pelan. Ada SMS. Di tengah malam begini?, batinnya. Perlahan, diraihnya benda mungil itu. Dan, tersentaklah ia! Di layar HP-nya tertera nama Hakim sebagai pengirim SMS itu. Ragu merasukinya. Namun, rasa penasarannya terlalu besar, memaksanya membaca SMS itu perlaha-lahan…

“Dulu, aku adalah seekor gagak. Hitam, pembual! Yang hanya berteman bangkai binatang lain sebagai teman bertahan hidup. Gagak itu sangat mengangumi Dara dari kejauhan. Karena ia sadar, Dara nan anggun itu tidak mungkin mau meliriknya. Seekor gagak, sang hitam pekat, tidak mungkin bersanding bersama Dara, sang pemilik leher yang dihiasi kalung indah keemasan dari Sang Pencipta. Tapi, sekarang, aku tidak mau menjadi gagak lagi. Aku ingin berubah!

Kini, aku adalah seekor elang, sang penguasa jagad langit dengan kepakan sayap keangkuhan. Tanpa ada yang harus ditakuti!
Aku adalah elang, yang siap menemani Dara terbang menuju negeri impiannya, seperti yang pernah ia utarakan dulu. Tanpa harus kehilangan kekaguman dan sayang yang sepenuhnya pada Dara.

Aku adalah elang, siap menjadi sayap Dara, saat ia tertatih mengayuh sayap hidupnya.
Aku adalah elang, siap menjadi tempat berteduh bagi Dara, saat hujan terus mengguyur. Saat matahari terik menyengat. Meski sayap-sayapku melepuh, semata demi Dara…
Elang itu bukanlah lagi seekor gagak pembual, pengecut atau pecundang! Bukan lagi seekor gagak yang hanya bersembunyi di balik kehitamlegaman tubuhnya!
Adakah Dara bersedia meneguhkan sayapnya untuk menemani elang ini bersama-sama terbang menuju bahtera impian?”


Dan, untuk kesekian kalinya. Airmata Dara luluh lagi demi membaca rangkaian kata-kata indah itu...

>> Bersambung…


*Tulisan ini untuk seseorang di kejauhan…

Minggu, 01 Maret 2009

senja DARA


Senja basah. Seperti biasa. Seperti senja-senja di beberapa hari yang lalu. Langit sebulan ini seakan-akan makhluk plin-plan. Kadang kelabu. Kadang hitam. Kadang seperti emas yang sangat menyilaukan mata. Tak menentu. Tapi, Dara tak pernah peduli, seperti juga aku. Bagi Dara, senja basah atau kerontang, sama saja.

****

Seperti kata pepatah; dimana ada gula, disitu ada semut. Ibarat aku dan Dara. Kami selalu bersama. Dara adalah diriku. Warnaku, warna Dara. Laguku, lagu Dara. Senangku, senang Dara. Susah sedihku, adalah susah sedih Dara.


Orang yang sangat kucintai – bahkan, adalah jantung hati Dara. Tapi, Dara tidak pernah tahu hal ini. Untuk hal cinta, aku tidak akan pernah berbagi pada Dara. Introvert! Itulah aku. Aku tak ingin menyakiti Dara karena menyayangi orang yang dicintainya. Biar hanya aku yang tahu, kupendam sendiri. Aku tak ingin membuat Dara sedih. Meski aku yakin, Dara akan rela mengorbankan cintanya untukku.

Aku dan Dara sepakat, kami adalah satu!

Sebuah senja di pondok tertinggal, Februari 2009>>

OST. NARUTO (closing)


Cultivate Ur hunger, before you idealize
Motivate you anger to make them realize
Climbing the mountain, never coming down?
Breaking into the contens, never falling down…

My knees is shaking like I was twelve
Sneaking out the classroom by the back door
A man railed me twice but I didn’t care
WAITING IS WASTING for people like me…



Don’t try to live so wise
Don’t cry coz U’re so right
Don’t dry with fakes or fears
COZ YOU WITH YOURSELF IN THE END…..