Kamis, 19 Maret 2009

PARADOKS



Kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi, tetapi semakin rendah ketahanan kita akan amarah. Kita membangun banyak jalan-jalan yang besar, tapi wawasan kita semakin sempit. Kita banyak menghabiskan uang, tapi semakin sedikit apa yang kita punya. Banyak membeli, tetapi semakin sedikit yang bisa kita nikmati.

Rumah-rumah kita bertambah besar, akan tetapi keluarga kita semakin kecil. Rumah yang semakin nyaman, tapi semakin sedikit waktu yang kita miliki untuk menikmatinya. Rumah-rumah yang semakin elok, tetapi keluarga yang berantakan. Inilah masa pendapatan yang berganda tetapi perceraian bertambah.
Kita semakin banyak gelar, tetapi semakin sempit akal. Semakin banyak pengetahuan, tapi semakin sempit penilaian pada yang baik dan yang salah. Semakin banyak ahli, akan tetapi semakin banyak pula masalah, semakin banyak ditemukan obat, tetapi semakin berkurang kesehatan.



Kita terlalu banyak merokok, ceroboh, terlalu jarang tertawa, mengemudi terlalu cepat, semakin kerap marah, susah tidur, bangun dalam keadaan yang terlalu penat, terlalu sedikit membaca, terlalu banyak menonton televisi, dan sangat jarang berdoa.
Kita telah melipatgandakan keinginan, akan tetapi mengurangi nilai-nilai dari diri kita. Terlalu banyak berbicara dan kurang mendengar. Terlalu sedikit mencinta dan terlalu sering membenci.

Kita telah belajar bagaimana mencari nafkah, tapi tidak mencari hidup. Kita telah mampu menambahkan tahun-tahun dalam kehidupan kita, tetapi gagal membawa kehidupan dalam tahun-tahun kehidupan kita.
Kita telah melakukakn hal-hal yang lebih besar, tetapi gagal melakukan hal-hal yang lebih baik. Kita telah membersihkan udara, tetapi jiwa kita penuh polusi. Kita telah menaklukkan atom, akan tetapi tidak mampu menaklukkan prasangka buruk.
Kita banyak menulis, tetapi sedikit belajar. Kita banyak berencana, tetapi sedikit menggapai. Kita belajar untuk mengejar, tetapi tidak belajar menunggu.

Inilah zaman makanan cepat saji dan pencernaan yang lambat. Manusia-manusia lebih besar fisiknya, tapi kerdil karakternya. Inilah kalanya perjalanan yang semakin singkat, pakaian sekali pakai, moralitas yang terbuang, kelebihan berat badan, dan pil-pil yang dapat melakukan segalanya; membuat gembira, menenangkan dan sekaligus membunuh!

Inilah waktunya ketika banyak hal yang dipamerkan dan semakin sedikit yang disimpan. Ingatlah, sesungguhnya hidup tak diukur dengan berapa banyak hembusan nafas yang kita ambil. Tapi, hidup diukur dengan saat-saat terakhir hembusan nafas kita.


Sumber: Annida (lupa edisi berapa..he2)

Rabu, 04 Maret 2009

Curhatan teman-ku





Ini adalah cerita PORNO :p , gue harap kalian gak keringetan bacanya wkekeke. Sudah 3 hari belakangan ini Cynthia numpang menginap di kost-an ku yang kecil didaerah Kuningan. Awalnya saya agak khawatir dengan perubahan suasana ini.
Cynthia cuma menumpang sementara di sini padahal saya bingung "gimana perasaan cewek gue".

Untuk mencari penegasan saya tatap wajah muda Cynthia yang cantik dan lucu. Cynthia membalas tatapan saya tanpa berkedip. Sebersit saya membaca kegenitan di dalamnya, sayapun menyerah...

Hari pertama, 19 februari 2009.

Cynthia nampak begitu kalem dan sopan. Ketika itu si Avi (cw gue) juga ada dan dia oke-oke aja setelah mendapat penjelasan logis. Avi duduk di sofa di depan TV, dan saya duduk di bangku di depan meja komputer. Cynthia nampak menjaga jarak dengan saya, dia duduk tidak bergeming di samping Avi sambil menikmati soap opera dan MTV (Music Television). Saya mencoba menggoda Cynthia. Tapi female satu ini seperti batu, Avi dan dia menatap tanpa berkedip.



Hari pertama agak sorean. Problem mulai muncul ketika Avi pulang meninggalkan kost-an, membiarkan saya dan Cynthia berdua di kamar kost adalah hal yang janggal, saya tidak tahu harus bersikap bagaimana, saya grogi dan nervous apalagi begitu mobil Avi berlalu, Cynthia langsung mendekati saya dengan penuh roman. Saya duduk di sofa dengan perasaan tidak nyaman.

Cynthia mendekati saya dan ikut duduk di samping. Kaki saya yang terjulur ke atas coffe table di sentuhnya dengan halus, pinggang saya disenderinya dengan santai, merasa agak terganggu, saya berdiri dan pindah duduk di depan komputer lagi.

Cynthia mengikuti. Saya berpura-pura sibuk membuka internet, tapi Cynthia berdiri di sana menatap saya dengan pandangan yang sendu dan mengundang. Saya tanyakan, "Apa kamu belum makan siang?" Tapi Cynthia tetap terdiam seakan dia meminta sesuatu yang lain. Saya termangu tidak mengerti apa maksudnya. Tapi karena saya ini termasuk laki-laki yang tahan godaan, jelas saya tidak mau berpikiran yang bukan-bukan. Saya cuekin Cynthia seharian.

Hari kedua, 20 februari 2009.

Cynthia makin liar menjadi-jadi, Cynthia menggoda saya habis-habisan. Tubuhnya yang langsing selalu dicoba menempeli saya dengan kurang ajar. Walaupun Cynthia cantik, dan suaranya lembut menarik, saya tidak mau jatuh tertarik padanya.

Ketika saya bentak, "Cynthia Please... Jangan ganggu saya." Dia tetap saja berkepala batu. Bahkan ketika saya duduk disofa kembali, Cynthia mencoba membaringkan tubuhnya di pangkuan saya. Saya marah dan berdiri, kemudian saya berjalan dan membaringkan tubuh di kamar.

Angin dari fan yang bertiup dingin dan matahari yang masih nampak garang siang ini membuat saya jatuh tertidur 5 menit kemudian. Samar-samar saya merasa ada sesosok tubuh berbaringan di samping kanan. Tubuh hangatnya yang halus menyentuh lengan saya secara lembut dan mengundang. Sejenak saya merasa, barangkali si Avi balik lagi untuk mengambil barang yang biasanya tertinggal, tapi lama- lama saya menyadari tubuh hangat ini pasti bukan Avi.

Saya terkejut lalu bangkit secara tiba-tiba. Kali ini saya benar-benar murka melihat Cynthia sedang berbaringan secara santai dan erotis di samping saya. Padahal sebelum ada perkimpoian, saya berpikiran untuk tidak tidur dengan mahluk bergender perempuan.

Itulah sebabnya saya bentak Cynthia untuk jangan berbuat kurang ajar, karena sudah tidak tahan saya berdiri dan membuka pintu kost-an. "Keluar..!", teriak saya tidak sabar.

Wajah Cynthia nampak lesu dan sedih. Dua detik dia termenung untuk kemudian berjalan perlahan. Saya tidak lagi ingat akan segala bujuk rayunya, persoalan ini akan semakin membesar jika saya membiarkan Cynthia lebih lama menetap di kost-an. Langkah Cynthia yang seksi berhenti 10 meter dari pintu.

Karena saya takut dia akan merubah niat untuk berbalik kembali ke sini, saya berteriak "Dont you ever think about that !!!" Cynthia menatap saya secara kurang ajar, lalu membalas teriakan dengan keras:

"MEOWWWNGGGG..!! MEOWWWWWNGGG..!!"

Kucing jalanan itu akhirnya kembali ke asalnya...

Huss...Huss...Huss...!!!

Hehehe... Serius Amat Bacanya!!! ampe keringetan gitu....
Wakakakaka yang nafsunya gede udah ngiler aja.
udah udah, zaman gene porno??? gak banget dweh...

back to Qur'an and Hadist please :)

sumber : www.ketawa.com

Selasa, 03 Maret 2009

kisah seorang DARA


Datang…. Datang…
Datang saja kekasih
Kunanti kau malam ini
Jangan kau siksa ku begini
Jangan paksa aku mencari cinta yang lain…
(Kunanti Kau Malam Ini _ Mata Air Band)


Terbangun dari lelapnya. Dara sedang gundah. Ia merindu. Pada sesosok pria yang pernah dicintainya. Kenangan itu hadir lagi. Mengantarkannya pada rasa bersalah dan kecewa tiada batas…
***

Hakim. Nama yang sangat indah bagi Dara. Nama yang selalu membuatnya bergetar jika disebut orang lain. Tapi, itu dulu. Hakim adalah orang yang pernah singgah di hati Dara. Meski hubungan mereka hanya seumur jagung, namun kenangan mereka sangat membekas di hati Dara. Dan Dara yakin, Hakim lebih dari itu. Di antara mereka, Hakim pasti lebih terluka dengan perpisahan itu. Entah kenapa hal itu bias terjadi. Bukan karena sebuah kesalahpahaman atau penghianatan. Bagi Dara, ini sudah takdirnya…
***

Sebenarnya, Dara harus beruntung karena telah menjadi orang yang pernah sangat disayangi Hakim. Hakim, anak bungsu dari penguasa terkaya di kotanya. Rumah megah, mobil, dan segala bentuk kemewahan yang layak dimiliki seorang hartawan, ada di diri Hakim. Tapi, harta bukanlah landasan cinta Dara. Dara bukan seorang perempuan matre – seperti yang orang-orang tuduhkan padanya. Ketulusan, kesederhanaan dan kepolosan Hakim, itulah cintanya. Cinta yang selalu dijaga Dara. Tak pernah ia nodai, dengan setitik nila pun! Bahkan, menjelang perpisahan itu…
*****


Malam itu, di sela kegembiraan katak-katak yang menyambut tumpahan air dari langit, Dara mengenang semuanya. Entah kenapa, saat ia mengingat kembali, ia menitikkan airmatanya. Dara tidak tahu, apakah kenangan itu pahit atau tidak. Yang ia tahu, sekarang ia merindu. Rindu akan kasih saying dari seseorang di kejauhan. Dan saat ia menyusuri hatinya, ia sadar, bahwa ternyata Hakim lah yang ia rindukan. Lalu, titik-titik airmata itu menjadi semakin deras, tanpa diiringi suara, sunyi. Senyap!
Tiba-tiba, alat komunikasi mungilnya berdering pelan. Ada SMS. Di tengah malam begini?, batinnya. Perlahan, diraihnya benda mungil itu. Dan, tersentaklah ia! Di layar HP-nya tertera nama Hakim sebagai pengirim SMS itu. Ragu merasukinya. Namun, rasa penasarannya terlalu besar, memaksanya membaca SMS itu perlaha-lahan…

“Dulu, aku adalah seekor gagak. Hitam, pembual! Yang hanya berteman bangkai binatang lain sebagai teman bertahan hidup. Gagak itu sangat mengangumi Dara dari kejauhan. Karena ia sadar, Dara nan anggun itu tidak mungkin mau meliriknya. Seekor gagak, sang hitam pekat, tidak mungkin bersanding bersama Dara, sang pemilik leher yang dihiasi kalung indah keemasan dari Sang Pencipta. Tapi, sekarang, aku tidak mau menjadi gagak lagi. Aku ingin berubah!

Kini, aku adalah seekor elang, sang penguasa jagad langit dengan kepakan sayap keangkuhan. Tanpa ada yang harus ditakuti!
Aku adalah elang, yang siap menemani Dara terbang menuju negeri impiannya, seperti yang pernah ia utarakan dulu. Tanpa harus kehilangan kekaguman dan sayang yang sepenuhnya pada Dara.

Aku adalah elang, siap menjadi sayap Dara, saat ia tertatih mengayuh sayap hidupnya.
Aku adalah elang, siap menjadi tempat berteduh bagi Dara, saat hujan terus mengguyur. Saat matahari terik menyengat. Meski sayap-sayapku melepuh, semata demi Dara…
Elang itu bukanlah lagi seekor gagak pembual, pengecut atau pecundang! Bukan lagi seekor gagak yang hanya bersembunyi di balik kehitamlegaman tubuhnya!
Adakah Dara bersedia meneguhkan sayapnya untuk menemani elang ini bersama-sama terbang menuju bahtera impian?”


Dan, untuk kesekian kalinya. Airmata Dara luluh lagi demi membaca rangkaian kata-kata indah itu...

>> Bersambung…


*Tulisan ini untuk seseorang di kejauhan…