PENGALAMAN LUCU (BACA: MALU-MALUIN) SEORANG AKHWAT
Berikut ini adalah cerita/pengalaman-pengalaman lucu seorang akhwat yang saya rangkum dari berbagai sumber dan peristiwa. Bagi pembaca, silakan menghayati tulisan ini dengan baik. Siapa tahu, Anda termasuk dalam bagian cerita ini. Karena cerita yang saya tulis ini adalah realita, tanpa dibumbui sedikitpun (paling-paling ada sedikit perubahan, karena pelaku utama juga lupa-lupa ingat, hehe… Tapi, insyaAllah, esensinya tanpa cacat…). Silakan membaca! Jangan lupa, berikan komentar Anda…
“JILBAB MERAH”
Maret 2007. Aku lupa tepatnya tanggal berapa. Saat itu, aku memutuskan untuk mengikuti Daurah Marhalah 1 (DM 1) KAMMI. Aku tidak tahu kenapa bisa “terjerumus” ke dalamnya. Yang jelas, hatiku merasa sangat senang saat aku bisa bergabung dengan teman-teman DM 1. Bagiku, saat itu pesona KAMMI benar-benar memikat. Sulit untuk menolak tidak ikut serta. Apalagi, cerita DM 1 sebelumnya dari seorang saudara di pondokan, begitu menarik. Ditambah lagi, lagu MARS KAMMI yang sering didendangkannya, mampu menggugah semangatku. Ya. Apapun yang terjadi, aku harus ikut! Lebay, mode on…
Hari pertama di medan DM 1. Penerimaan materi pagi. Huwah! MEMBOSANKAN! Bagiku, pemateri tidak berhasil membawakan materinya. Atau mungkin materinya yang terlalu berat. Tapi, sebagai seorang pemateri yang baik, seharusnya dapat mengelola manajemen psikoligis audiens dengan baik, dengan ice breaking, misalnya (sekaligus pesan bagi calon-calon pemateri DM 1 masa depan). PENGELOLAAN WACANA dan CARA KOMUNIKASI EFEKTIF. Huh! Bikin pusing. Hampir tidak ada bekas yang tertinggal di kepala. Wajar, kebanyakan tidurnya. Hehe….
Materi selanjutnya. SYUMULIATUL ISLAM. Nah! Ini baru yang namanya pemateri. Perfect! Beliau berhasil membangkitkan semangat Islam untukku, mudah-mudahan peserta yang lain juga sama. Ada sesuatu yang membuatnya berbeda. Ini dia kata-kata yang sangat menggugah itu (setelah melalui proses pengeditan dan olah memori dari pelaku) dan pelaku (katanya sih…) akan terus mengingatnya sepanjang hayat. InsyaAllah…
“Saya pernah berada dalam satu forum dengan pihak birokrat kampus. Saat itu, kami membicarakan tentang teroris. Lalu, saya berkata kepada mereka. JIKA ORANG YANG BERJENGGOT DISEBUT TERORIS, JIKA ORANG YANG MEMAKAI CELANA DI ATAS MATA KAKI DISEBUT TERORIS, JIKA ORANG YANG KESEHARIANNYA HANYA DIHABISKAN DI MASJID DISEBUT TERORIS, MAKA SAKSIKANLAH, AKU ADALAH SEORANG TERORIS..!”
Subhanallah! Hatiku bergetar demi mendengar kata-kata itu. Maka semangatku pun berkobar… Sayang, aku lupa nama moderatornya (Gubraaak!). Nda’ nyambungnya deh! Hehe…
>>>>>
Materi tengah malam. Tepatnya jam 12. Fiqh Aksi dan Demonstrasi bede’. Hah?! Demonstrasi ada fiqh-nya?? Bagiku, ini adalah hal aneh. Hmm, kita lihat saja bagaimana fiqh yang dimaksud itu. Kayaknya bakal seru nih!
Tapi, sungguh sial! Penyakit pribadiku kambuh lagi. Sakit gigi. Huh! Siapa suruh punya gigi berlubang? Walhasil, aku tak pernah bisa konsen menerima materi. Waduh! Si tulang paling kuat ini membandel. Kagak nahan! Akhirnya, kuputuskan untuk melapor ke panitia. Salah seorang panitia akhwat (senior sesama pondokan, red) tunggang langgang cari obat. Hasilnya?? Nihil! Bagaimana tidak?! Tengah malam begini, mana ada apotek terdekat yang masih melayani pembeli? Yah, pasrah saja. Tapi, aku juga tidak mau meninggalkan materi ini. Sayang kan…
Well, lima menit pertama masih bisa ditoleransi. Menit berikutnya, aku kembali meringis pelan. Waduh, nih gigi ngga bersahabat banget sih…! Rese’!
Akhirnya, tanpa sadar, aku mulai tertidur, merebahkan kepala di kursi kayu itu. Antara sadar dan tidak, aku masih mendengar pemateri berkoar-koar mengenai aksi-aksi yang pernah dilakukan KAMMI. Dan, disaat setengah jiwaku mulai melayang…
“Ehm! Tolong peserta akhwat yang pake jilbab merah, jangan tidur yaa…”, suara pemateri itu jelas kudengar. Aku kembali tersadar. Semua mata pun tertuju pada seseorang yang memakai jilbab merah. Ada satu orang berjilbab merah, posisinya tepat di seberangku. Sepertinya, akhwat itu tidak merasa bahwa dia yang dimaksud. Fiuh! Untungnya juga bukan aku. Aku (yang masih kesakitan) dan peserta yang lain, senyum-senyum kecil. Terdengar cekikikan dari peserta ikhwan di sebelah hijab. Sepertinya, mereka penasaran dengan akhwat tersebut.
Materi dilanjutkan. Gigiku semakin menunjukkan perlawanan terhadap empunya. Mungkin, para gigi juga lagi semangat mendengar materi, dan bikin aksi sendiri di dunia mulut. Bundooo..! Tolong akuuuu….! Hiks!
Sepertinya, aku sudah mulai tak sadar, kepalaku makin menurun mendekati bahu, saat aku kembali mendengar…
“Sekali lagi, tolong yang jilbab merah untuk tidak tidur…”.
Suara pemateri itu lagi! Semua mata (minus peserta ikhwan), kembali mencari sosok berjilbab merah. Suasana mulai tidak enak, ribut! Di sekelilingku terdengar suara, Siapa sih?, Yang mana orangnya? Sepertinya, semua orang benar-benar penasaran…
Aku pun berusaha mencari. Dan tatapanku tertuju pada peserta akhwat di seberangku. Ih! Kok, akhwat itu suka banget tidur ya? Mending cuci muka sono! Tuduhku tanpa dosa. Tapi, pemateri itu kembali bersuara..
“Bukan dia. Ya. Yang itu. Yang menoleh ke belakang…”. Waduh! Siapa sih? Aku jadi makin penasaran. Gemes juga!
Tiba-tiba, peserta di sampingku nyeletuk, “Ukhti, sepertinya yang dimaksud kakak itu anti deh. Kan anti juga pake jilbab merah…”, ucap akhwat itu polos.
Tanpa rasa berdosa, aku berusaha meyakinkan diri dengan melihat warna jilbabku…
O, Muna..!* Ternyata, orang yang dimaksud dari tadi adalah aku! Betapa malunya saudara-saudara..! Aku betul-betul tidak menyadari, saat itu aku memakai jilbab warna apa. Sementara mata pemateri dan semua orang tertuju ke arahku, ikhwan-ikhwan di sebelah, tertawa lepas. Moderatornya juga. Ih, TEGANYA! Tiba-tiba aku merasa semua orang yang ada disitu adalah monster yang sangat jahat di muka bumi ini dan harus segera aku musnahkan.
MALU b-g-t!!
Sejak saat itu, teman-teman alumni DM se-angkatan, memanggilku dengan sebutan, JILBAB MERAH….
*O Muna! = Irae Rumae! (versi Bima). Bagi yang tidak tahu artinya, silakan cari sendiri, hehe…
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar