Oktober, 10 2008
SINOPSIS CERITA
Sajak baru datang lagi. Tiba-tiba saja, kutemukan ada di dalam tasku. Aku bisa menebak, pasti dari gadis pemilik senyum misterius itu. Gadis itu ternyata juniorku, dua tingkat dibawahku. Jika aku ingin jujur, sebenarnya senyum misterius itu sangat manis. Dipadukan dengan dua kuncir rambut gelombang, mata bening nan indah, memberikan sketsa wanita yang lahir dari rahim Indonesia Timur, semakin menambah pesonanya. Namun, ada satu yang kurang. Ya. Dia adalah gadis yang pendiam. Aku dan dia, sama-sama beku. Tak tahu mengapa, sajak baru ini seolah menjawab pertanyaanku tentang cinta. Apakah ia tahu apa yang kupikirkan? Tidak mungkin!
Hari ini, kulihat ia melangkah gontai di depanku. Sekilas, ia menatapku. Tidak ada lagi senyum itu. Aku rindu senyum itu. Senyum yang mampu mengaburkan bulan. Hanya ada paras kekecewaan saat ini. Hilang sudah keceriaan itu. Punah, terbakar kepatuhan terhadap wasiat moyang kami. Gadisku tidak pernah tahu, aku melebihi kecewanya, sangat.
Kisah ini menggambarkan tentang cinta dua orang remaja yang tak akan pernah bisa diungkapkan. Bukan tanpa sebab, karena mereka terlahir dan dibesarkan dalam ruang hidup “kedesaan” yang sangat menjaga kesucian cinta. Dan mereka harus rela menelan pahit karena mereka tak bisa berbuat apa-apa. Hanya sajak yang bicara…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar