Monday, Oktober 13 2008
RABB! AMPUNI HAMBA..
Hati ini terlalu kotor, terlalu banyak hal yang tak pantas menodainya. Meski sepenuhnya sadar, tetapi raga selalu saja coba untuk lari dari bingkai keabdian penuh padaMu. Manusiawi! Futur! Lalu, apa arti pesan terhadap dua orang itu? ”Tak pernah ada alasan untuk tidak menjalankan syariat”. Omong kosong! Aku memang pembual! Merasa diri pintar dan tahu segalanya. Seolah manusia tanpa dosa. Suci? Huh! Itu pasti bukan aku.
Raga ini suka menikmati aib, meskipun nurani (juga hidayahMu) mengajak untuk berontak, melawan, menjauh dari hasil gubahan makhluk yang Engkau sempurnakan. Aku sungguh merindu kenikmatan berada di sisiMu, namun seolah makhluk terlaknat itu terlalu kuat untuk aku hindari. Hati ini terlalu memihak kepada kebathilan. Meski janji-janjiMu itu sudah pasti nyata.
Sebenarnya, aku mengutuk untuk memaknai arti kesepian. Kesepian meracuni keimanan. Aku menyadari itu, dan Engkau pasti mengetahuinya, karena hanya Engkaulah Yang Maha di atas Maha.
Ya. Sepi telah mengajariku untuk mengenal wajah-wajah kotor yang terlihat sangat manis itu. Sesungguhnya, aku sudah sangat rindu, ya Rabb! Seperti doa yang disebar pujangga kata kepada angin. Dan, akhirnya rindu ini menyiksa. Mengalir bersama aliran darah. Menelusup dada. Membuncah relung. Tapi, harus kucoba menafikkan meski dengan peluh keringat, karena realita dan waktu terlalu angkuh untuk mengabulkan hasrat. Ah! Sepi menodai iman.
Tapi, aku juga sesungguhnya takut. Takut jika ternyata rindu yang bergejolak ini malah menghancurkanku. Aku takut rindu ini membawaku pada limbah yang dalam, sedalam-dalamnya. Sedalam samudera api yang tidak hanya menenggelamkan, tapi juga membakar segala keangkuhan kemanusiaanku, adaku.
Pada sebatang pena,
Akan ku antarkan hasrat
Kugoreskan pinta
Agar dibawa angin yang menemani anganku mengangkasa
Kapankah mimpi itu ada?
Rabb!
Pintaku, jawablah...
Mungkinkah ia menanti?
Bilakah ia menemui dan menemani?
Aku tinggal menunggu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar