Senin, 23 Januari 2012

Ransel hitam, puisi dan (ehm…) tahun 2010

Maret 2010, sehari sebelum atau sesudahnya…


Seseorang tiba-tiba datang. Melewati sebuah pintu, mengucapkan salam. Dengan ransel hitam. Dia memakai sejenis aksesoris yang sangat khas untuk orang-orang sejenisnya. Ya, ya. Dia memakai baju hitam, tentu, warna kesukaanku. Dia datang, berbicara seadanya sambil memperlihatkan beberapa gambar yang sangat memukau, tapi juga menggelikan. Bahkan ada segelintir orang yang berkata, “Ih, kok gitu, sih?”. Tapi dia tak peduli. Aku sebenarnya tidak terlalu suka dengan kehadirannya. Soalnya dia sedikit slenge’an.

Sepulangnya dari tempat itu, sebagai tuan rumah yang baik, aku mengirimkan salam terima kasih padanya karena telah berkenan hadir pada tempat yang tadi. Dan dia ternyata sangat ramah, sambil berkata, “Terima kasih untuk segelas teh yang kalian suguhkan”. Aku terharu karena menyadari, dia benar-benar baik.


^^^
Maret 2010, sehari sebelum atau sesudahnya…

Aku diwajibkan menulis sebuah puisi untuk dibacakan di depan orang banyak. Aku bingung. Sampai lewat pukul dua belas malam, belum satu katapun aku tulis, sementara puisi itu akan kubacakan pukul sembilan pagi. Aduh, aku kewalahan! Akhirnya, dengan segala kemarahan yang ada ―yang sudah setengah mati kukumpulkan, puisi itu tuntas ditulis. Esoknya, pagi-pagi pukul tujuh, aku berlatih asal-asalan bersama seorang teman untuk membacakannya. Seorang partner puisi yang baik.

Setibanya di panggung, aku gugup luar biasa! Ini adalah kali pertama aku membacakan puisi, di depan orang banyak pula! Tak tanggung-tanggung, jumlah orang-orang itu sekitar seribu-an.

Entah, saat itu dia ada disana atau tidak, akhirnya puisi itu yang membuatku dikenal. Tapi sepertinya aku hampir bisa memastikan, bahwa dia tak ada disana, menyaksikanku membacakan puisi itu. Toh, aku tak peduli saat itu.


^^^
November 2011, tanggal 25
Aku kira kejadian-kejadian sederhana seperti itu tak akan teringat lagi. Tapi hari ini, aku terpaksa membuka disket ingatan itu.

Lalu apa hubungannya ransel hitam dengan puisi? Sama sekali tidak ada!

Memang tidak memiliki hubungan apa-apa. Cuma beberapa waktu lalu, aku selalu ingin mencoba mengingat satu hal: tepatnya tanggal berapa aku mengenalmu. Dan setelah kuingat-ingat, rupanya puisi itu bisa membantuku mengingatmu. :)


^^^
Ya. Terima kasih untuk sebuah puisi. Terima kasih untuk senyuman yang kau berikan pada awal kita bertemu. Terima kasih untuk tahun 2010. Terima kasih untuk sebuah ruangan dan sebuah cahaya. 

taken from: here

5 komentar:

Unknown mengatakan...

nice post.. tunggu kunjunganbaliknya yah.. :D

salam kenal blofers.. :D

Meutia mengatakan...

wew udah ganti kulit nih..selamat yah hihi, nice post

Runa Aviena mengatakan...

entah kenapa jadi senyum-senyum sendiri baca postingan ini..
*padahal ga pernah ngerasain kejadian yg sama*
^^"a

NIT NOT mengatakan...

cieee... kamera baru nie ceritanya...besok jangan lupa aku difoto ya...heheheee...

dik atun... bisa tahu puisinya apa gitu...#penasaran

auraman mengatakan...

blog baru camera baru, mau pamer yah :D