Rabu, 06 Mei 2009

Makassar, Mei 2009


Rabbi.!
Aku tahu, aku terlalu cepat mengira. Tapi, naluri wanita yang terlanjur kugelari “Naluri Terbaik” ini telah berkata seperti itu. Sebenarnya, aku sangat menyayangkan itu terjadi. Mungkin, aku memang hanya hidup dari dugaan-dugaan yang belum tentu benar…
Aku kembali membaca setiap pikirnya. Tingkah lakunya. Benar, kata adalah senjata! Kali ini, kata-katanya menusuk kalbu lebih dalam. Ah! Begitu lihai ia menyindir. Aku menyesal mengenalnya sebagai penyair. Lebih tepatnya, penyair tak bersuara. Atau, penyair dalam diam! Dan aku terlalu pandai memahami arti diam.



Rabb..!
Tolong sampaikan padanya. Bahwa aku telah membaca pesan tersembunyi itu. Sampaikan ucapan terima kasihku padanya, semoga ia bergelimang kebaikan selama hidupnya. Dan, jika IA yang ia maksud adalah aku, sampaikan padanya, aku akan segera menghilang dari kehidupannya!


Makassar, Mei 2009
(22.53 WITA)

Tidak ada komentar: