Selasa, 08 Juni 2010

(BOSAN) AKU BERBICARA TENTANG PALESTINA





(BOSAN) AKU BERBICARA TENTANG PALESTINA
Oleh: Uswatun Hasanah M.S.


Awan kelam pun bergumpal meninggi
Payungi indahnya katulistiwa
Namun hanya kegelapan yang hadir
Membawa kedukaan tak jua reda

Hamparan ketaqwaan bentangi bumi
Ingin dilumatkan tirani hina
Di sana negeri muslim telah terluka
Semoga Allah tetap berkahi

Makarpun lingkari indahnya negeri
Tambahkan kesengsaraan yang tak hilang
Namun janji Allah datanglah pasti
Kembalikan cahaya surya nan cemerlang

Hamparan ketaqwaan bentangi bumi
Ingin dilumatkan tirani hina
Di sana negeri muslim telah terluka
Semoga Allah tetap berkahi

Cahya di sana tersebar kemilaunya
Dari balik wajah cerah nan berseri
Telah kudengar deru gemuruh suara
Takbir t’lah meninggi di sana

Ayolah kawan bina tali ukhuwah
Tegakkan bersama cahya Al-Qur'an
Jangan hanya dengan keluh dan kesah
Sambutlah syahid tujuan

Hari demi hari makarpun bicara
Lemparkan ke setiap sudut kehidupan
Peluh campur debu darah penuh mesiu
Menghiasi wajah negeriku yang membisu
(Izzatul Islam : Negeri yang Terluka)



Beberapa hari lalu, aku mendapat pesan singkat (sebenarnya, tak cukup singkat untuk ukuran sebuah pesan biasa, —tiga karakter!). Pesan itu dari Ketua FLP Sulsel yang merupakan ultimatum dari FLP Pusat. Isinya, kurang lebih begini: kami semua, anggota FLP Sulsel, diwajibkan menulis apapun tentang Palestina untuk kemudian di”sumbang”kan di media cetak manapun. Pokoknya, misi FLP untuk menyadarkan setiap orang bahwa KITA SEMUA HARUS PEDULI DENGAN PALESTINA, KITA TAK BOLEH MENUTUP MATA TENTANG PALESTINA!

Sesaat setelah mendapat pesan singkat itu, aku tersenyum. Aku senang. Sangat senang. Akhirnya, aku dan teman-teman bisa sedikit berbuat untuk negeri kandang syuhada sana. Ya. Aku akan berjuang dengan salah satu senjataku: pena! Lalu aku membayangkan betapa banyaknya kata-kata yang akan tertoreh untuk tempat yang terluka itu.

Tapi kemudian aku tersenyum miris, hanya beberapa saat setelah niat mulia itu hendak kuwujudkan. Entah! Melihat sebuah handphone salah seorang rekan tergeletak manis di tangannya, membuatku berkecil hati. Ah, mampukah kata-kata yang hendak kami “dendang”kan pada ujung-ujung jari kami akan membantu anak-anak hijau Palestina?


AKTIVIS DAKWAH DAN JERITAN MANUSIA-MANUSIA BISU

Selama ini, aku sering sekali membaca berbagai teori tentang Palestina yang digubah para aktivis dakwah di sekitarku. Entah tentang sejarah, puisi, cerpen, esai, opini, artikel, berita, buku, novel, novelette. Semuanya ada dimana-mana; di blog, koran, majalah, tabloid, facebook, friendster, televisi dan kawan-kawan media lain. Bahkan sudah berbanyak-banyak aksi yang dilakukan untuk mengajak semua orang agar peduli dengan Palestina; aksi damai, munasharah, intifadhah, atau penggalangan dana. Hampir semuanya pernah kuikuti. Hampir semua aksi bahkan memacetkan jalanan karena jumlah kami yang mem-bludak. Hampir semua aksi membuatku meneteskan airmata, membuatku semakin ingin kesana, melihat langsung penderitaan Palestina, untuk sekadar memeluk dan menghapus darah mengucur di pipi bocah-bocah katapel.

Tapi, lagi-lagi, sejak aku paham apa yang sebenarnya harus kulakukan. Sesaat setelah aksi peduli Palestina berakhir, hatiku kembali menangis saat mengingat merek minuman yang disuguhkan panitia acara dakwah kampus untuk pematerinya. Ah! Bahkan, di agenda dakwah pun, kita benar-benar (lupa) mencintai Palestina! Mungkin, manusia memang ditakdirkan menjadi pelupa…

Ayolah kawan bina tali ukhuwah
Tegakkan bersama cahya Al-Qur'an
Jangan hanya dengan keluh dan kesah
Sambutlah syahid tujuan

Hamparan ketaqwaan bentangi bumi
Ingin dilumatkan tirani hina
Di sana negeri muslim telah terluka
Semoga Allah tetap berkahi



Ah! Aku teringat saat menjalani proses Daurah Marhalah I KAMMI Unhas, lepas tiga tahun lalu. Panitia menugaskan menghafal Surah ash-Shaaf ayat 1-5 beserta terjemahannya. Ada satu ayat yang membuatku merinding lalu kemudian menjadikanku penakut, tak berani mengatakan apa-apa.


“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS ash-Shaaf: 3)



Selama perjalanan berdakwah, ayat ini kemudian sering dilontarkan teman-teman seperjuanganku. Jika mereka mendendangkan “fatwa” ini, aku merasa bukan apa-apa. Sudahkah aku melakukan itu: tidak mengatakan apa yang tidak aku kerjakan? Apakah Allah membenciku? Bagaimana dengan mereka yang ber”fatwa” itu?

Lalu, aku miris kembali. Aku ingat saat berkunjung ke kamar mereka; melihat bedak, pelembab, lotion, deodorant, pengharum ruangan. Aku ingat saat memasuki kamar mandi mereka; melihat sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, pembersih muka, luluran. Aku ingat saat melihat rak makanan mereka; air minum botol, snack, cokelat, kacang, roti. Hatiku menangis, perih.



Bahwa pada saat mereka berteriak-teriak di pinggir jalan sebagai pahlawan kemanusiaan, ternyata mereka adalah pembunuh berdarah dingin di sudut-sudut kamar mereka. Bahwa saat para aktivis dakwah menikmati fasilitas dunia yang dibeli dengan uang mereka, ternyata di belahan dunia lain, darah tengah mengucur. Bahwa saat mereka mengisi kekosongan perut pun (mungkin karena sibuk mengurus dakwah), ternyata perut-perut bocah katapel tengah terhujani peluru. Ya Allah, amat besarkah benci yang Engkau berikan pada kami karena tindakan yang (tidak) kami sadari sepenuhnya?


Kau tak paham?
Begini, akan kujelaskan.
Setiap kau memakai pakaian baru, maka itu berarti sekelupas kulit bocah-bocah ingus tengah menganga di Palestina
Setiap sepatu baru yang kau jejakkan, itu berarti setengah kaki seorang pemuda tengah tergores tank-tank busuk para zionis bermuka monyet. Itu terjadi di Palestina!
Setiap bongkah paha ayam yang kau kunyah, itu berarti sepotong paha manusia seumuran ibu-ibumu tengah tersobek peluru-peluru canggih buatan Negara adidaya. Itu terjadi di Palestina!
Setiap minuman bersoda yang kau tenggak setiap malam sebelum terlelap, itu berarti beribu liter darah tengah tumpah hanya untuk mempertahankan setiap jengkal tanah. Itu terjadi di Palestina!
Setiap pemoles muka dan bibir yang kau habiskan, itu berarti ada muka dan bibir para wanita-wanita mulia tengah tergerus oleh laras panjang senjata para monyet-monyet putih setengah perkasa. Itu terjadi di Palestina!


Bagian puisi ini pernah kubacakan pada aksi munasharah Palestina. Aku puas, meskipun tak terlalu puas karena hanya sekitar 6000 orang yang mendengar puisi ini, itupun jika mereka paham maksud puisiku. Setidaknya, ini kulakukan agar kita tidak menjadi orang yang dibenci Tuhan kita sendiri. Aku tak ingin para da’i dibenci Allah. Jika Allah sudah membenci, maka pada siapa lagi kita berharap?


MULAI SEKARANG!

Pertengahan tahun 2007 adalah awal perlawananku terhadap Israel. Saat itu senior pondokan berceloteh, “Lho, kok Atun pake produk ini? Kan harus di-boikot?” Aku bingung, lalu menjawab,”Trus, pake yang mana dong? Dari dulu Atun udah pake yang ini. Ntar pake yang lain malah gak cocok” Dengan sabar dan senyum manis, senior ini mengeluarkan kata yang tak pernah kuduga,”Daripada mukanya ntar hitam di akhirat, pilih mana?”

Subhanallah, sungguh! Kata-kata tanpa dalil itu menjadi sihir yang mempengaruhiku sampai sekarang. Sejak itu, aku buang apa yang harus kubuang. Semuanya! Aku mencari tahu tentang semua yang harus ku-boikot. Perlahan-lahan, kudapatkan kenikmatan saat meninggalkan barang-barang “haram” itu.

Untuk para aktivis dakwah, aku sarankan untuk memulai dari sekarang. Jika tak bisa menuntaskan perubahan yang terlalu cepat, pelan-pelan saja. Mulai dari hal-hal kecil. Mungkin bisa mengganti merek minuman atau makanan favorit —percayalah, masih banyak makanan/minuman lain yang lebih enak. Dunia ini menyiapkan apapun yang bisa kita gunakan tanpa harus mengorbankan saudara kita sesama Muslim. Jika merasa sulit melakukannya, ingatlah ash-Shaaf ayat 3. Agar kita termasuk dalam orang-orang yang beriman. Agar Allah tak membenci kita. Semoga Allah menyayangi dan membalas amal serta niat baik kita.

Hari demi hari makarpun bicara
Lemparkan ke setiap sudut kehidupan
Peluh campur debu darah penuh mesiu
Menghiasi wajah negeriku yang membisu…



Maka, aku (tak) bosan lagi berbicara tentang Palestina! (AdZ) (08/06/2010, 08:11)


PS. Kelak, aku akan berkunjung ke negeri itu bersama seorang wartawan Palestina…

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sangat2 suka pstingan ini..
terutama sekali puisinya..
kebetulan saya suka puisi...

salam kenal
saya link blog-ta di' blog ku...tabe'