Rabu, 24 Maret 2010

A, dan tiga huruf setelahnya







A, dan tiga huruf setelahnya.

Itu adalah sebuah nama. Pertama kali mendengarnya, aku akan membayangkan sebuah Negara yang letaknya entah dimana, negeri manusia kulit putih bermata sipit, Jepang atau Korea. Mungkin juga Perancis. Yang jelas, nama itu tak menandakan bahwa ia berasal dari Jerman. Apalagi bumi Arab! Mungkin Belanda? Ah, sudahlah! Yang aku tahu, sejak aku mendengar nama itu, aku jatuh cinta meski tak pernah bertemu muka. Hanya pada sebuah nama. Nama itu, begitu indah menurutku. Satu lagi. Ternyata, si empunya nama adalah asli Indonesia.

A, dan tiga huruf setelahnya.

Aku melihat nama itu di sebuah puisi, di sebuah purnama kesekian tahun lalu. Seorang lelaki pujangga bersayap keabu-abuan dan seorang perempuan pujangga berbibir jingga telah berbalas puisi tentang nama itu. Mereka sangat mengenal nama itu. Sepertinya, si pemilik nama sangat istimewa bagi dua pujangga itu. Aku penasaran.

A, dan tiga huruf setelahnya.

Kali ini, aku menemukan nama itu pada puisimu. Kenapa harus begitu? Kenapa tak namaku saja? Dari dua puluh enam alphabet, sama sekali tak kutemukan rangkaian namaku di gubahan syair-syairmu. Ah! Aku jadi benci pada nama empat huruf itu. Mungkin, jika bertemu dengannya, aku akan membunuhnya. Namanya terlalu banyak menyita perhatian untuk puisimu.

A, dan tiga huruf setelahnya.

Tapi, setidaknya, kini aku tenang. Entah kenapa. Mungkin karena aku merasa, akhirnya kau tidak terluka karenaku. Ya. Setidaknya, bukan aku yang membuatmu menangis. Aku sudah bilang sejak awal, aku tak pernah ingin membuat orang lain terluka.

A, dan tiga huruf setelahnya.

Aku tenang! Sangat. Damai menyusup ke ubun-ubun. Angin seperti sepoi-sepoi menghampiri hatiku. Tidak pernah sedamai ini setelah aku mengenalmu. Mungkin ini adalah murninya rasa dariku. Sebenarnya, aku ingin berterima kasih sebanyak-banyaknya untukmu. Kau telah membuatku berubah melawan takdir. Kau membuatku semakin kuat, semakin berontak dengan keadaan yang tak seharusnya aku terima. Tapi, tak akan kusampaikan ini langsung kepadamu. Kau pasti akan bertanya-tanya. Sudah sifatmu begitu. Aku tahu. Maka, kuucapkan terima kasih disini saja. Semoga kau paham. Terima kasih.

A, dan tiga huruf setelahnya.

Cukup. Aku sudah merasa cukup. Aku sangat lega. Selanjutnya, aku akan menjalani hari seperti biasa. Salamku untuk perempuan itu… Aku juga menyayanginya. Dia sangat baik. Percayalah!


(Aku lupa kapan mulai menulis ini)

Diposting di sebuah tempat depan Makassar Town Square, 24 Maret 2010

Tidak ada komentar: