Sabtu, 14 Februari 2009

MENCARI MAKNA CINTA

Saat kecilku pernah bertanya
Tentang arti cinta pada Bunda
Bunda pun menjawab,
Cinta adalah kasih sayang induk dan anaknya
Saat ku mulai beranjak dewasa
Pada sahabat ku pun bertanya
Dia pun menjawab,
Cinta adalah kasih sayang dua insan manusia…

Karena cinta, Spider-man kehilangan kekuatannya untuk mengeluarkan jaring laba-laba, setelah mengetahui kenyataan bahwa MJ (Mary Jane, sang pujaan hati) menjadi tunangan orang lain. Sang pahlawan putus asa, akhirnya bergelantungan di tengah-tengah kota, antara gedung-gedung nan tinggi. Dan, JATUH! Terhuyung-huyung. Mungkin tepatnya, saat itu Spider-man STRESS!

Arai Ichsanul Muhidin (sahabat sejati Ikal), seorang yang sangat pemimpi (tapi, jangan salah. Arai adalah seseorang yang telah berhasil memberi inspirasi untuk saya melalui mimpi-mimpinya. Jadi kenapa mi?), ternyata memiliki kisah cinta yang sungguh memilukan! Bertepuk sebelah tangan. Mungkin biasa, tapi masalahnya cinta itu sudah ia pendam sekian lama, sekian tahun hanya untuk kekasih tercinta, Zakiah Nurmala. Jujur, saya sangat menyukai puisi Arai untuk Zakiah. Menurut saya, sangat bagus malah! Inilah puisi itu, saudara-saudara…

Puisi untuk satu-satunya cinta dalam hidupku…
Zakiah Nurmala…
Di sini!
Disaksikan langit malam, kelam nan beku…
Ku katakan padamu!
Rampas jiwaku!
Curi masa depanku!
Jarah harga diriku!
Rampok semua milikku!
SITA! Sita semuanya!
Mengapa kau masih tidak mau mencintaiku?

Ya. Begitulah cinta. Dalam lagunya, Bram bertanya tentang makna cinta. Tidak ada yang benar-benar mengerti makna cinta sebenarnya, itu menurut saya. Yang saya tahu, cinta adalah sesuatu yang sangat dahsyat! Anda tidak percaya? Pastinya sulit bagi Anda untuk tidak sepakat dengan hal ini, itu pun jika Anda termasuk orang yang tidak percaya akan cinta. Terserah Anda.
Sebenarnya, tidak terlalu banyak hal yang membuat saya berargumen seperti itu. Cukup dengan pengalaman nyata beberapa orang teman, tepatnya tiga orang sahabat (maap ye, kalian jadi objek…).

Sebut saja namanya Matahari (saya tidak ingin menulis nama aslinya. Dan saya cukup beralasan mengenai ini. Selain karena privacy, saya takut dia nantinya akan GR setelah membaca tulisan ini, hehe… Tapi tenang aja, nama-nama teman saya akan lebih banyak di“jual” di cerpen-cerpen saya berikutnya. Piss, bro! ^ o ^). Kembali ke (laptop!) sosok Matahari. Sejak saya mengenalnya lebih dekat – menjadi sahabatnya, saya menjadi tahu betapa cinta adalah sesuatu yang sangat tidak terduga.
Hal itu saya amati (diam-diam saya memang suka mengamati orang, waspadalah!) sejak dia mengenal cinta, cinta pertamanya tepat pada saat kami duduk di bangku kelas satu es em a. Matahari dan kekasihnya, juga saya, kebetulan berada dalam kelas yang sama – saat itu, kelas kami disebut kelas unggulan (ciyeee…). Bagi saya, mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Bagaimana tidak? Matahari cantik, dan kekasihnya – sebut saja Zidane (lagi-lagi, ini hanya nama yang disamar-samar. Anda sudah tahu alasannya kan?) bisa dibilang yang paling cakep di kelas kami (yang merasa, jangan GR ya?). Mereka sama-sama pintar. Teman-teman sekelas dan seluruh sekolah sangat iri melihat pasangan ini (sama sekali gak bermaksud hiperbola lho), bahkan mereka sangat cemburu. Saya tahu, di belakang sana banyak yang kecewa karena tidak mendapatkan Matahari atau Zidane (ngomong-ngomong, namanya gak nyambung bgt ya?). Saya mah cuma cukup bangga menjadi sahabat mereka (kasian bgt!). Hubungan mereka yang baik-baik saja membuat kami yakin, tidak akan ada hal yang membuat mereka terpisah. Sejauh ini tidak.
Setahun berlalu. Kami naik kelas dua. Saya, Matahari dan Zidane akhirnya harus rela berpisah. Bukan pindah sekolah, cuma pindah kelas. Mulai dari angkatan kami, murid-murid kelas di obok-obok. Gak tahu kenapa. Saat itu saya harus rela berpisah dengan teman-teman genk yang saya sayangi (hiks…). Hubungan persahabatan kami tidak seperti dulu, gak rame. Sebenarnya, lebih karena kami gak ikhlas menerima ini semua (apa seh? Dramatisir bgt!). Akhirnya, pada suatu siang yang lumayan panas, Matahari menyeret saya di tengah lapangan, dan duduk di sana (bayangkan, gimana panasnya saat itu. Temanku ini, aya-aya wae, masa’ ngajak curhat di tengah lapangan panas??). Dia mulai bercerita. Sesuatu yang sangat mengejutkan! Hubungannya dengan Zidane telah berakhir. Saya kemudian bertanya, kenapa?. Eh, dia malah bilang, gak tau, tanya Zidane aja, habis dia yang memutuskan hal ini. Dalam hati, aku merasa kasihan melihat Matahari. Jujur, saat itu saya salut padanya. Tidak ada mimik sedih di wajah manisnya, meski saya tahu hatinya sesak bgt. Saya juga sangat tahu, dia dan Zidane masih saling menyayangi. Saya tidak bertanya lebih jauh pada mereka berdua, biarlah hanya mereka yang tahu. Lagipula, saya tidak mau terlalu mencampuri urusan orang lain.
Sangat tidak terduga!
Berita ini pun tersebar di seantero sekolah, pokoknya heboh. Semua orang bertanya-tanya, kenapa bisa? Ada yang sedih (yang merasa sahabat mereka), ada juga yang senang! Tentu saja. Bagi mereka, hal ini adalah berita gembira. Terang saja, surat-surat cinta berdatangan untuk Zidane. Saya tahu, Matahari berusaha sekuat tenaga untuk memendam sakit hati mendengar berita ini.
Singkat cerita, mereka masih menjadi sahabat yang baik dan tidak pernah bersatu sampai sekarang, meskipun cinta itu masih ada (mungkin…).
Setahun kemudian. Masih tentang Matahari. Pada malam sebelum kami berpisah dalam jangka waktu yang lama (merantau di kampoeng orang), Matahari mengatakan bahwa dia ternyata menyayangi teman sekelasnya di kelas tiga (sebenarnya, di kelas tiga, dia dan Zidane satu kelas lagi). Ternyata, kebersamaan bisa menimbulkan cinta, jadi hati-hati dengan sahabat! (lho??). Entah kenapa, setelah mendengar hal itu, saya dan Bintang - sahabatku juga- menangis (cengeng bgt! Dasar cewek!). Tak urung, Matahari pun ikut meneteskan air mata. Sejak saat itu, kami merasa sangat dekat, menyayangi satu sama lain, hingga membuat kami tidak rela untuk berpisah. Teman-teman lain yang juga mengantar Matahari, terharu melihat kami. Mereka mengira kami bersedih karena kami akan berpisah. Tapi ternyata lebih dari itu. Sesuatu yang tidak terduga! Itulah sebabnya.
Dan seiring waktu, beberapa pekan lalu, saya mendapat kabar bahwa Matahari sekarang membina kasih dengan teman sekelas semasa es em pe. Ahh, cinta…

Cerita ini yang kemudian mengantarkan saya untuk berdiskusi dengan sahabat saya yang lain, Juni (untuk kesekian kali, ini hanya nama yang tersamarkan, karena dia lahir di bulan Juni). Sekedar info, saya baru menyadari bahwa Juni adalah teman diskusi yang sangat asyik, nyambung! Waktu di es em a dulu, kami jarang berdiskusi. Sepertinya, Juni hampir mengetahui apa yang ada dalam hati saya. Pernah suatu hari saya menyatakan pendapat, kadang kita tidak pernah benar-benar tahu siapa sahabat kita sebenarnya. Lalu, mengalirlah teori-teorinya tentang persahabatan. Ahh, ternyata jauh di sana, dia sudah sangat banyak membaca buku. Terlalu banyak perubahan pada diri Juni yang tidak saya jangkau…
Cinta memang begitu, bijaknya. Sekarang, Juni bagai seorang filsuf ternama. Tapi, dia tidak menyadari hal itu. Seandainya dia menghilangkan sedikit ke-O’ON-annya (maksud ‘lo? Hehe..), dia bisa saja jadi pemateri ulung di setiap acara keorganisasian. Saya bisa jamin itu! (promosi ya? Mentang2 temannya…).
Btw, sebenarnya yang dibahas dari tadi apa’an sih? Makna cinta, persahabatan atau Juni? Tau ah! Mikir aza ‘ndiri, hehe… (Yeeee… :-p)

(Reff Makna Cinta)
…mungkin tak kan kutemukan makna cinta sebelum ku menjalaninya…
(jadi, maksudnya??)
/(^_^)\

Tidak ada komentar: