Senin, 25 Januari 2010

Hanya Untukmu, Aji Bello...





Hmmmmmmmm. Kejutan! Aku ternyata, akhirnya, bisa melihat nama penaku tertera di sebuah buku mungil. Kumpulan cerpen. Album Cerita Pilihan, Aji Bello. Itu nama yang disematkan padanya. Ada enam belas nama penulis disana. Salah satunya, tentu aku. El Zukhrufy. Wah, bangganya.

Sebenarnya, saat pertama kali memegang buku itu, aku hanya tersenyum kecil. Saat melihat judul cerpenku yang termuat di Aji Bello. Cerpen itu. Cerpen pertama yang berhasil dirampungkan selama hidup. Sekaligus satu-satunya cerpen yang hanya membutuhkan waktu lima jam untuk menyelesaikannya. Beda dengan cerpen yang lain, yang butuh waktu berlama-lama hanya untuk menemukan ending yang tepat. Tak jarang, berujung busuk!

Setelah kubaca kembali. Saat Cinta Dendangkan Luka. Itu nama “anak” pertamaku. Haha! Dia benar. “Anak” itu memang terlalu polos. Lugu. Mungkin karena baru mengenal dunia. Dunia cinta. Dunia tulisan. Sebenarnya, hampir aku melupakannya. Karena duplikatnya terbawa lari oleh seorang ibu-ibu ke tanah Toraja. Terbawa lari bersama SiKompiBaikSekaliTemannyaAtun, yang kala itu kubungkus rapi dengan sarung kotak-kotak pemberian Paman. Ibu itu bilang, anggap saja sebagai bonus. Kini, bersama SiKompiCanggihSekaliTemannyaAtun, aku berjanji, akan terus melahirkan banyak “anak”, yang sedikit imut, polos, pemberontak, dewasa. Aku akan melahirkan “anak” yang memiliki banyak karakter. Lalu, akan kujaga mereka baik-baik.

Setelah kubaca kembali. Saat Cinta Dendangkan Luka, “anak” pertamaku. Sudah setahun lalu aku kenalkan pada dunia. Setahun lalu, setelah setahun sebelumnya aku mengenal cinta. Ah! Setelah kubaca kembali, aku merasa menjadi super munafik. Setahun lalu. Banyak sekali petuah yang aku ajarkan untuk “anak”ku. Kata-katanya sederhana. Polos. Lugu. Tapi, sarat akan hikmah. Untuk tidak menyalahi makna cinta. Aku terkejut, ternyata “anak” ini, di usia yang masih muda, memberi banyak pelajaran berharga untukku saat ini, sesaat setelah bertemu lagi dengannya. “Anak”ku kembali di saat yang tepat!

Ah! Aku mencintaimu “anak”ku! Terima kasih! Terima kasih untuk sebuah pengalaman sempurna. Percayalah, aku akan terus menjagamu. Juga saudara-saudaramu. Dan calon saudaramu yang lain. Kalian akan bersatu kelak. Tunggulah! Aku yakin, tak akan lama lagi…

Oya, Nak… Dara titip salam. Katanya, lama tak jumpa denganmu. Aku jawab, kalian pun akan berdekap lagi.


Sejenak dari Clarion, 25 Januari 2010, pukul 22:53:11 Wita

Tidak ada komentar: