Rabu, 11 Mei 2011

PEREMPUAN YANG MENGULURKAN TANGANNYA UNTUKKU


Kita sedang dalam masalah.

Tapi, seperti yang kau tahu, aku tak akan mengulurkan permohonan maaf. Betapa buruknya diriku. Kau sangat tahu itu.

Apa kau melihat embun pada pucuk daun di pagi hari? Aku sedang menikmatinya hari ini. Tanpa kau. Bukan karena apa-apa, aku hanya ingin sendiri kini. Segala hal yang menimpa beberapa malam terakhir merayuku untuk tak mengajakmu serta. Hei, bukan karena aku tak ingin kau tahu; bukan karena kau tak penting dalam hidupku. Bukan! Aku hanya tak ingin kau terlibat dalam kesusahan ini. Kau harus tetap berada dalam jalanmu yang cukup berliku tanpa masalah-masalahku. Kita harus dewasa dengan menghadapi masalah kita masing-masing.

Sms-mu tak kubalas. Telponmu tak kuangkat. Apa kau terluka karena itu? Maafkan aku. Tapi, seperti yang kau tahu, aku tak akan mengulurkan permohonan maaf. Betapa buruknya diriku. Kau sangat tahu itu.

Terlalu banyak batu yang menghalangi di tengah jalanku. Aku tak akan membuatmu tahu tentang ini. Tapi ternyata itu adalah celaka untukku. Kau menjadi menuduhku yang macam-macam. Dengan tatapan penuh curiga. Hei! Kau telah berburuk sangka! Aku tak suka!

“Kau dimana?”

“Kenapa tak datang?”

“Hei, kenapa smsku tak kau balas?”

Tolong, hentikan pertanyaan-pertanyaan itu.


Bisakah aku menikmati kesendirian ini? Aku hanya ingin menghadapinya dengan caraku. Tapi, sungguh sial. Aku sama sekali tak bisa memberikan alasan padamu. Ya. KARENA AKU MEMANG BEGITU! Don’t you know that!!??

Aku tak (bermaksud) hendak pergi. Ah, sama sekali tidak. Bagaimana aku bisa pergi, jika masih ada beberapa suap nasi yang belum tuntas?

Aku hidup bukan hanya denganmu. Hidupku bukan hanya untukmu. Aku masih punya kehidupan lain di luar sana, yang membutuhkanku ada. Mereka juga mengharapkanku. Jadi, bagaimana seharusnya aku ada untuk kau dan mereka di saat yang sama?

Tolong, jangan begitu. Karena kau seolah melumurkan darah pada wajahku. Lalu wajahku kau benamkan pada padang pasir.

Ah, tapi malam memberikanku kesaksian yang lain. Kau datang mengulurkan tanganmu. Dengan beberapa basa-basi yang sangat terlihat jelas di kata-katamu. Aku merasa pedih. Kenapa kau harus datang? Apa masalah kita telah selesai?

“Sepertinya, kita memang harus bertemu”

Kau memang baik. Aku seharusnya berterimakasih.

Bagiku kau bintang, selayak puisi
Temani aku selamanya
Selamanya…
(Temani Aku, SO7)

*kita berada di utara. tapi kau tak harus berada di ujung selatan dengan masalahmu*

Tidak ada komentar: