Senin, 21 Maret 2011

TULISAN INI HANYA UNTUKMU, YANG BERBAJU BIRU

Kau ingat sesuatu di rumah itu? Ah, tentu kau sangat tahu rumah itu. Bukankah kau yang sekarang memegang kuncinya?

Tapi, bukan rumah itu yang sedang kubicarakan. Maksudku, tentang sesuatu di rumah itu, juga para penghuninya yang sangat senang datang dan pergi kapanpun mereka mau.
Para penghuni yang aku maksud adalah aku dan dia ―yang kini entah dimana.

Ada sesuatu antara aku dan dia. Itu benar. Sesuatu itu aku sebut cinta. Itu benar, sangat benar. Para penghuni lain ternyata juga sangat senang membicarakan sesuatu itu, apatah lagi dirimu. Aku pernah mendengarmu berbicara pada cahaya tentang sesuatu itu. Sesuatu yang aku sebut cinta.

Ada sesuatu antara aku dan dia. Lalu para penghuni di kamar lain, juga di lantai lain, mendadak sibuk oleh sesuatu ini. Kau juga. Kulihat kalian seolah sepakat untuk membahas sesuatu itu. Entah di kamar ke sekian atau di lantai ke sekian. Aku mendengar semua itu. Tentu sambil tersenyum. Lalu dia bagaimana? Ah, dia selalu tak mau ambil pusing. Sepertinya dia memang tak pernah mau pusing. Aku juga.

Itu benar, sangat benar.

Tapi rupanya ada kekeliruan tentang sesuatu itu.

Lalu dia pergi. Aku tidak, karena belum saatnya. Tapi aku akan pergi kelak, kau pun begitu. Hanya saja kita masih di rumah ini. Itu benar. Dan bagaimana dengan sesuatu itu?

Sesuatu itu, aku kira, tak pernah terdengar lagi. Rupanya penghuni lain masih ingin berkisah tentang itu. Aku masih seperti dulu, tersenyum saja. Tapi aku heran, kau tak seperti penghuni lain itu. Mulutmu lebih sering membisu. Mungkin karena kau yang memegang kunci rumah itu? Hm, sudahlah.

Hei, dirimu yang berbaju biru. Kunasihati kau. Jangan mendekati dua cahaya pada tikungan tajam yang mendaki itu, nanti otakmu akan terberai. []

Tidak ada komentar: