Kamis, 02 Juni 2011

Perjokian yang membuat saya bersyukur



Siang ini, saya ada janji untuk bertemu dengan Kak Ana, Ketua AJI (Asosiasi Jurnalis Independen) untuk mengajukan surat kegiatan yang akan saya adakan. Seyogyanya, saya akan mengantarkan surat itu ke Kantor AJI, namun saat baru saja saya akan kesana, tiba-tiba saya mendapat telepon dari Kak Mao.

Katanya, “Tun, buruan ke rektorat! Ada Kak Ana disini”

Dan meluncurlah saya ke rektorat. Untung belum sempat jalan. Kalau iya, kayaknya saya bakal mampus karena harus bolak-balik tergesa-gesa dari Jl. Hertasning menuju kampus saya lagi. Jauh, bo! Panas lagi!

Singkat cerita, sampailah saya di depan rektorat. Disana sudah ada banyak wartawan, juga Kak Mao. Saya heran, kok sampai banyak begini ya? Lalu, saya mencoba mengaitkan dengan spanduk yang ada di salah satu bagian gedung rektorat. Seingat saya, spanduk itu bertuliskan ucapan selamat datang untuk seorang Duta Besar Indonesia untuk Den Haag.

Lanjut!

Saya kemudian bertanya pada Kak Mao, dimana gerangan Kak Ana. Katanya di lantai dua. Setelah sedikit basa-basi, saya menuju lantai dua (oh iya, saya lupa! Dari tadi itu saya tak sendiri. Ada Ayu yang selalu ada di samping saya, hehe) . Dan bertemulah saya dengan Kak Ana Rusli (dalam hati saya salut juga, bahwa yang mengetuai para wartawan AJI adalah perempuan imut ini).

Nah, saat saya asyik ber”negosiasi” dengan Kak Ana, tiba-tiba saya dikagetkan dengan peristiwa yang baru kali ini saya alami. Saya merasa seperti sedang menonton siaran Sergap di televisi. Tapi ini beda, karena gambarnya lebih nyata dan terjadi di depan mata saya. Kurang lebih, seperti inilah yang terjadi:

Ada seorang laki-laki yang sedang berusaha menutup wajahnya dengan menggunakan jaket, digiring dengan tergesa-gesa oleh seorang lelaki lain yang berkostum Satpam Kampus. Di sekeliling mereka, ada beberapa fotografer yang sibuk mengambil gambar tersebut sambil berlari-lari kecil, berusaha berada di depan kedua lelaki itu. Suara jeprat-jepret terdengar berganti-gantian.

Semuanya berkelebat sedemikian cepat. Saya bahkan tak sempat berpikir apa yang sedang terjadi. Sementara, Kak Ana di depan saya juga terlihat terburu-buru. Sesekali terdengar suaranya yang bertanya pada wartawan lain (mungkin anak buahnya), “Ada lagi?!”, atau “Boim, buruan kesana!”

Saya bingung. Sebenarnya, ada apa ini?

Saat pembicaraan saya dengan Kak Ana selesai dan keadaan menjadi lebih stabil, saya kemudian baru berpikiran bahwa kemungkinan seorang lelaki yang digiring tadi adalah pencuri masuk kampus (entah curi motor, atau yang lain). Tapi, saya kemudian berpikir, “Atau jangan-jangan… yang tadi itu JOKI!” Karena hari ini kebetulan adalah hari SNMPTN terakhir.

Nah, saat saya sibuk menduga-duga, tiba-tiba kembali terulang adegan yang sama. Ada beberapa lelaki yang digiring oleh orang-orang berseragam. Kali ini lebih banyak, mungkin sekitar 5 orang. Ah, ya! Ada perempuan juga, cuma seorang! Ckckck! “Wow, bakal jadi berita keren nih!”

Ternyata, setelah berusaha menggali informasi, mereka yang digiring tadi benar-benar penjahat hari SNMPTN! Ada yang bertindak sebagai JOKI, ada yang tertangkap menggunakan ponsel saat ujian, dsb. 

Hhh, rupanya masih ada juga praktek kejahatan seperti ini. Fakta lain adalah, mereka berjumlah 11 orang (gila kan, tuh! Banyak banget!). Dan menurut salah satu Menwa, mereka kebanyakan berasal dari Pinrang (nah, lho…). Sepertinya, jika mencoba berspekulasi, ini adalah hasil “kebijakan” mereka yang tergabung di Organda untuk daerah itu. Sepertinya sih… Mudah-mudahan tak benar lah. Wallahu a’lam.
----------------

Melihat kejadian ini, saya merasa terkejut. Kemudian menarik nafas panjang. Lalu berkata pada Ayu.
“Alhamdulillah, saya masuk di kampus ini dengan cara yang HALAL,” sambil tersenyum.
------------

Lagi-lagi, terima kasih untuk Kak Mao yang secara tak sengaja memberikan kesempatan pada saya untuk menyaksikan peristiwa berharga yang menegangkan ini. (:

12 komentar:

AUREL mengatakan...

hmmm... smga aj prstiwa itu g' trulng lgi ^_^

slm knl.. follow blog aq ya' ^_^
maksih ^_^

Asriani Amir mengatakan...

terkadang ada situasi yg membuat seseorg melakukan hal yg tidak diinginkannya. tertawan dgn sempurna dan tidak menemukan pintu untuk pergi.


*bukan berarti sya mendukung para joki. hehehe.. kabur ah.. nnti disangka temannya di joki. wkwkwkwkwk

NIT NOT mengatakan...

alhamdulillah saya juga masuk kampus dengan cara yang halalan thoyyiban...hehehe....ini jadi pelajaran buat para joki, tapi aku masih sangsi mereka2 itu pada kapok gak ya .... :D

Perempuan Semesta mengatakan...

@Aurel::

semoga saja ya.. kan malu2in ajah tuh..
udah di follow balik kok...
salam pertemanan!

Perempuan Semesta mengatakan...

@Kak Aci::

wah, nyastra banget bahasanya, kak.. hehe...

terjebak oleh keinginan..

Perempuan Semesta mengatakan...

@Mas NitNot::

iya, Mas... alhamdulillah halal...

orang2 seperti itu kayaknya bakalan ada terus, semasih ada kesempatan...

Qefy mengatakan...

Alhamdulillah aku lulus dan halal kayak Nitnot hehe. Well, aku cuma bisa berdoa agar semuanya bisa berjalan lancar tanpaaa kecurangan :)

Salam Bloofers :)

Sam mengatakan...

menghalalkan segala cara sepertinya menjadi sangat sudah menjadi hal biasa.. ga percaya pada proses, yang penting hasilnya... padahal hasilnya belum tentu sesuai dengan yang diinginkan... heheheh.

tapi, btw kudanya ikut ketangkap ga bareng jokinya?? :D

Nik Salsabiila mengatakan...

alhamdulillah aku ga ngerasa tersindir..karena bukan salah satu dr joki yg disebut...hahahaa..
nice post n nice experience,,,asal jgn jadi tokoh utamanya ya mb atun..cukup pnonton aja..hahaa
saya tunggu jejaknya di blog saia..hahaha

Perempuan Semesta mengatakan...

@qefy:

yup! alhamdulillah.. insyaallah kita semua jujur.. :)

salam bloofers!

Perempuan Semesta mengatakan...

@Sam::

nice quote, Bang.. :)

kudanya lagi dikejar2 tuh, hehe..

Perempuan Semesta mengatakan...

@Nick::

alhamdulillah, kita (Mas Nitnot, Kang Qefy, sy, n Nick) pake cara halal...

saya tokoh utama lho dalam tulisan ini, kan penulisnya.. hehe