Rabu, 06 April 2011

Mereka tetap saja datang.

Ada sesuatu yang mengetuk pintu keteguhan hati. Kemarin, aku sudah memutuskan, sangat penuh tekad, untuk pergi secepatnya. Ya. Aku sangat yakin, tak akan ada lagi seseorang atau beberapa orang yang akan memanggilku. Tapi aku salah. Beberapa panggilan datang lagi di saat aku dalam posisi menunggu seseorang. Aku shock. Kaget. Ini terlalu tiba-tiba.

Untung aku punya kaki yang kuat. Seandainya tidak, dari tadi aku telah tumbang di sisi jalan ini. Selintas berlalu, suara laki-laki itu telah sungguh mengagetkanku. Aku ingin kau ada disini, katanya. Ah, kenapa aku? Kenapa dia tak meyakinkan hatinya bahwa pilihannya salah? Aku berpikir. Sebenarnya ada apa dengan diriku? Bukankah aku selama ini hanya selalu membuat beberapa orang menunggu? Aku hampir tak pernah menepati janji-janji itu. Ingin sekali kukatakan padanya beberapa fakta: aku adalah pembohong, aku adalah pembual, aku adalah seseorang yang selalu membuat menunggu, aku adalah seseorang yang terlalu besar angan.

Ya. Aku adalah seseorang yang buruk rupa, juga prilaku.

Andai kau tahu saja. Aku tidak seperti yang kau kira. Selama ini, aku hanya pura-pura manis. Aku bodoh. Aku tolol. Pembohong tolol. Keparat bodoh. Maka jangan memanggilku. Hapus saja nomor yang tercatat di ponselmu. Kalau bisa, hapus juga nama dan rupaku dari memorimu.
@@@

Sementara di belahan bumi lain, ada rumah berwarna biru yang selalu menanti aku pulang. Ada dua kepala yang setengah mati menahan rindu untukku. Mereka yang selalu khawatir. Mereka yang selalu berdoa. Lagi-lagi aku salah. Bahkan dalam tidurku, aku tak lagi pernah memimpikan mereka. Yang kumimpikan justru laki-laki dengan kursi roda. Aku hampir melupakan dua kepala itu, yang setia memelukku saat aku kedinginan. Sudah kujanjikan untuk segera kesana, berkali-kali, yang membuat mereka selalu percaya. Ah, aku benar-benar pembohong tolol [bahkan kepada dua kepala itu!]. Apa kata mereka jika aku memutuskan untuk pergi?
@@@

Tuhan, bukankah aku sudah berjanji? Tuhan, bukankah aku sudah meminta? Tuhan, bukankah sudah kuputuskan, dengan sebenar-benarnya keputusan? Tuhan, kenapa begini lagi, kenapa berganti arah lagi? Tuhan, bukankah KauMendengar? Tuhan, apakah maksud dari sesuatu ini?
Tuhan, lain kali, aku tak akan meminta untuk sesuatu yang aku inginkan.
@@@

Ada lelaki lain yang memanggilku. Tuhan, lihatlah, aku akan kesana, memenuhi panggilan itu. Jika tak terkabul lagi keinginanku, lindungi saja aku, Tuhan. Itu cukup. Sangat cukup.
@@@

H dan M. Dua huruf yang membuatku benar-benar jatuh cinta.

2 komentar:

Fahrie Sadah mengatakan...

Semua akan indah, asalkan tidak ada kata putus asa..

Perempuan Semesta mengatakan...

syukran yaaa... :)