Sabtu, 09 April 2011

Tidak cocok dengan payung

Blablabla…………………… (habis ngomong apa, Tun?) *angkat bahu

Tapi, saya memang gak suka payung. Kalo hujan, saya lebih suka berlari-lari menghindarinya, daripada berjalan santai dengan memegang payung. Alasannya:

1. Kalo hujan deras, trus pake payung, sama aja bohong. Tetap saja ada bagian tubuh saya yang basah. Misalnya, lengan dan telapak kaki sampai lutut. Ggrrhh.
2. Kalo hujannya disertai angin kencang, payung akan oleng sana oleng sini, trus patah. Atau paling parah, payungnya terbang. Ih, gak banget deh. Malas!
3. Megang payung itu bikin capek, tangan pegel. Saya lebih suka membawa tentengan lain daripada payung.
4. Pokoknya saya tidak suka payung! Titik! (perlu ya, ngotot gitu?)
---------------------

Dulu, waktu semester-semester awal, saya sangat “suka” beli payung. Kenapa suka? Karena saya pelupa. Ya. Saya sangat suka melupakan sesuatu bernama payung. Biasanya kan, saat kuliah di kelas, payungnya saya simpan di kolong tempat duduk. Eeehhh, pulangnya saya lupa. Ya udah, besok-besok beli lagi. Trus, besok-besoknya lupa lagi. Begitu terus. Dulu, setiap musim hujan, saya bisa beli payung sampai lima kali! Dengan berbagai model dan warna. Hebat kan? Belum lagi kalo patah karena angin atau dipinjam. Uhhh, geregetan!

Kalo sekarang, beda! Saya tidak lagi mengenal payung jika musim hujan. Udah malas soalnya! Rese’ aja, gitu. Pelindung hujan bagi saya, adalah JAKET! Tinggal dibentangkan di atas kepala dengan kedua tangan, jadi deh, saya dan ransel sudah merasa sangat terlindung. Meskipun tetap basah, tapi bagi saya, basah tipe ini adalah basah yang elegan (emang ada, ya, basah elegan?). Ini salah satu alasan saya kenapa selalu memakai jaket: pelindung hujan dan panas, bukan payung!
Ho-oh.

Tidak ada komentar: